Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat inflasi melonjak sangat signifikan hampir di semua negara sepanjang 2022.
Bank Dunia memperkirakan median inflasi headline global melebihi 9 persen pada semester kedua tahun lalu. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak 1995.
Inflasi di negara berkembang pun diperkirakan mencapai hampir 10 persen dan merupakan tingkat tertinggi sejak 2008. Sementara di negara maju tingkat inflasi diperkirakan sedikit di atas 9 persen, tertinggi sejak 1982.
“Inflasi berada di atas target di hampir semua negara yang telah mengadopsi penargetan inflasi,” tulis Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospects edisi Januari 2023 yang dikutip Bisnis, Rabu (11/1/2023).
Bank Dunia menjelaskan, laju inflasi yang melonjak pada tahun 2022 mencerminkan kombinasi faktor permintaan dan penawaran.
Di sisi permintaan, percepatan pertumbuhan selama pemulihan awal dari resesi global tahun 2020 memberikan tekanan harga yang terus berlanjut. Peningkatan harga yang sangat besar terjadi di sektor-sektor seperti pengiriman dan perjalanan udara.
Baca Juga
Sementara di sisi pasokan, kekurangan pasokan komoditas utama, yang diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina, berkontribusi besar terhadap kenaikan harga energi dan pangan.
Di beberapa negara, kondisi yang ketat dan di pasar tenaga kerja juga semakin menambah kenaikan upah dan biaya input dan produksi yang lebih tinggi.
“Terakhir, banyak negara mengalami depresiasi mata uang yang besar yang diteruskan ke harga impor, produsen, dan konsumen yang lebih tinggi,” tulis Bank Dunia.
Sejalan dengan itu, inflasi inti global pun telah meningkat tajam, mencapai lebih dari 6 persen pada akhir tahun lalu, level tertinggi sejak 1992. Hal ini menyebabkan ekspektasi inflasi jangka pendek telah meningkat di sebagian besar perekonomian.