Bisnis.com, JAKARTA – Bank Dunia memperkirakan perekonomian global akan mengalami pelemahan yang signifikan pada 2023, salah satu yang terbesar sepanjang hampir 3 dekade.
Perekonomian global tahun ini diperkirakan hanya tumbuh 1,7 peren, 1,3 poin persentase lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Bank Dunia menyatakan bahwa lonjakan inflasi yang sangat tinggi telah memicu pengetatan moneter yang cepat di seluruh dunia secara tidak terduga, terutama di negara maju utama.
“Meskipun pengetatan ini diperlukan untuk stabilitas harga, pengetatan telah berkontribusi pada memburuknya kondisi keuangan global secara signifikan, yang memberikan hambatan besar pada aktivitas ekonomi,” tulis Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospects edisi Januari 2023 yang dikutip Bisnis, Rabu (11/1/2023).
Inflasi global telah didorong lebih tinggi akibat adanya tekanan di sisi permintaan. Di sisi supply, disrupsi rantai pasok terus berlanjut, diperparah oleh perang Rusia dan Ukraina.
Di sejumlah negara, inflasi juga dipicu oleh depresiasi mata uang yang besar terhadap dolar Amerika Serikat (AS), serta kondisi pasar tenaga kerja yang ketat.
Baca Juga
“Bank sentral di seluruh dunia telah melakukan pengetatan kebijakan yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya”.
Risiko perlambatan ekonomi diperkirakan masih terus meningkat mengingat ada jeda antara perubahan kebijakan moneter dan dampak ekonominya, di samping suku bunga riil yang masih berpotensi meningkat.
Risiko resesi global terutama dipicu oleh tiga mesin utama pertumbuhan ekonomi dunia yang tengah mengalami pelemahan yang sangat nyata, yaitu di AS, China, dan kawasan Eropa.
Hal ini kemudian memberikan dampak yang negatif bagi pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang, yang mana banyak diantaranya tengah berjuang dengan kondisi ekonomi domestik yang lemah.