Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Libur Nataru, Menhub Prediksi Ada 44,1 Juta Pergerakan Masyarakat

Menhub Budi Karya memprediksi terdapat 44,1 juta pergerakan masyarakat pada periode libur Nataru tahun ini.
Sejumlah kendaraan melaju di tol Jakarta-Cikampek di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (24/12/2020). Arus mudik Natal dan Tahun Baru di Tol Jakarta-Cikampek di Bekasi terpantau ramai lancar. /ANTARA
Sejumlah kendaraan melaju di tol Jakarta-Cikampek di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (24/12/2020). Arus mudik Natal dan Tahun Baru di Tol Jakarta-Cikampek di Bekasi terpantau ramai lancar. /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memproyeksikan sebanyak 44,1 juta masyarakat melakukan perjalanan selama periode Natal dan Tahun Baru atau Nataru pada tahun ini.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan peningkatan pergerakan terjadi karena dua tahun terakhir aktivitas masyarakat masih dibatasi karena adanya Covid-19. Namun, pada tahun ini, pemerintah tidak membatasi mobilitas masyarakat.

Selain itu, momentum Nataru juga bertepatan dengan libur sekolah yang diperkirakan berdampak kepada lonjakan mobilitas masyarakat yang lebih itu. Oleh karena itu, Budi menekankan, demi keselamatan, kenyamanan, dan kesehatan penumpang umum, harus ada manajemen lalu lintas dan transportasi pada Nataru.

“Kami melakukan survei kedua, potensi pergerakan pada Nataru tahun ini adalah 44,1 juta penumpang atau 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 44,17 juta orang,” ujarnya dalam rapat bersama komisi V DPR/RI, Selasa (13/12/2022).

Membandingkan dengan pada tahun lalu, hanya 13 persen masyarakat melakukan perjalanan karena angka Covid-19 yang masih cukup tinggi. Angka ini juga masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan pada 2019 atau sebelum pandemi, yang mayoritas atau 55 persen masyarakat melakukan perjalanan. Dari survei terbaru tersebut, moda transportasi yang digunakan oleh masyarakat adalah kendaraan pribadi sebesar 28 persen, sepeda motor 16,7 persen, kereta api 13 persen, bus 11 persen, pesawat 11 persen, angkutan penyeberangan sebesar 4 persen, dan menggunakan kapal sebesar 2 persen. Sementara untuk daerah asal pelaku perjalanan paling banyak adalah Jabodetabek sebesar 16,5 persen atau 7,1 juta orang, kemudian Jawa Timur sebesar 14,5 persen atau 6,2 juta orang, Jawa Tengah sebesar 13,6 persen atau 5,8 juta orang, Jawa Barat 10,2 persen atau 4,4 juta orang, sedangkan Sumatera Utara 6,9 persen atau sebanyak 3 juta orang. Provinsi tujuan tertinggi adalah Jawa Tengah sebesar 19,7 persen atau 8,7 juta orang, disusul Jawa Timur sebesar 17,5 persen atau 7,7 juta orang, berikutnya adalah Jawa Barat sebesar 14,6 persen atau sebanyak 6,5 juta orang, Jabodetabek sebesar 10,5 persen atau 4,7 juta orang, dan Yogyakarta sebesar 8,2 persen atau 3,6 juta orang. Jalur utama yang paling banyak akan dilalui mobil adalah jalur tol sebesar 58,7 persen dan jalur ateri sebesar 41,3 persen.

Menhub menilai dengan meningkatkan aktivitas pergerakan masyarakat, maka diharapkan penumpang bisa memperhatikan protokol kesehatan sesuai dengan aturan perjalanan, baik dari Satgas Penanganan Covid-19 maupun Instruksi Mendagri.

“Jadi biasanya kita melakukan koordinasi, ada rapat pleno dengan Satgas Covid dan setelah itu kami mendapatkan instruksi dari Mendagri yang itu akan ditujukan pada semua Pemda di seluruh Indonesia agar mengikuti pola-pola yang sudah ditetapkan dan memastikan angkutan nataru ini berjalan dengan baik, lancar, dan aman,” terangnya.

Seluruh pemangku kepentingan terkait, tekannya, harus memastikan kesiapan sarana dan prasarana seperti ramp check, dan sebagainya, serta melakukan sosialisasi kepada operator angkutan penumpang dan barang. Menhub meminta agar mereka mengerti apa yang harus dilakukan dan memastikan kelaikan sarana prasarana. Menhub juga memberikan kewenangan yang penuh kepada Korlantas untuk menerapkan manajemen rekayasa lalu lintas di jalan tol, contra flow, dan manajemen rest area.

Membandingkan dengan hasil survei pertama pertama yang dilakukan oleh Badan Kebijakan Transportasi, jumlah penumpang yang melakukan mobilitas pada periode natal 2022 dan tahun baru 2023 sebanyak 60,6 juta atau sebesar 22,4 persen dari jumlah penduduk di Indonesia. Dari hasil tersebut, sebanyak 12,3 persen di antaranya atau sebesar 7,5 juta orang melakukan pergerakan dari wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) atau sebesar 12,3 persen untuk keperluan natal dan tahun baru sekaligus melakukan aktivitas di daerah wisata.

Direktur Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan Kementerian Perhubungan Junaid memprediksikan puncak arus mudik untuk nataru adalah pada 24 Desember 2022 dan 25 Desember. Kemudian puncak pergerakan pada tahap 2 yakni 31 Januari dan 1 Januari 2023. Selama periode tersebut, kemenhub melakukan pemantauan 2022 mengatakan sudah melakukan simulasi dengan melakukan pemantauan di sebanyak 11 lintasan. Sebelas lintasan tersebut adalah Merak Bakauheni, Ketapang – Gilimanuk, Padangbai – Lembar, kemudian Kayangan – Poyotano, Sibolga – Nias, Ajibata – Ambarita, Tanjung Api-Api – Tanjung Kelian, Bajoe Kolaka, Bitung – Ternate, Kupang – Rote, Hunimua – Waipirit.

Dia mengatakan di sebelas lintasan tersebut khususnya angkutan natal dan tahun baru apabila dibandingkan dengan 2019 mengalami penurunan penumpang sebesar 46 persen, kendaraan roda dua sebesar 53 persen, kendaraan roda empat 38 persen dan busa hingga 47 persen. Namun jika dibandingkan dengan 2021/2022 akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

“Saat Nataru 2022/2023, pada mobilitas pergerakan diprediksikan kurang lebih 60,6 juta. Angka ini yang akan melakukan mobilitas saat nataru,” ujarnya , Kamis (3/11/2022).

Dia juga sudah mensimulasikan jika pada 2019 terdapat sebanyak 3,461 juta penumpang. Kemudian, pada 2022, dia memprediksikan total kendaraan yang melalui 11 penyeberangan tersebut adalah 713.592.

“Membandingkan dengan pada 2019 angkutan nataru menggunakan kapal penyeberangan ini menurun 8 persen,” terangnya.

Di sisi lain survei BKT tersebut juga mengungkap adanya potensi sekitar 70 persen masyarakat yang tidak melakukan mobilitas selama angkutan nataru 2022/2023. Faktor penurunan tersebut dikarenakan juga adanya kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), penyesuaian tarif transportasi, dan dampak ekonomi sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper