Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) akan mendalami penyebab melonjaknya harga telur ayam. Di sisi lain, kenaikan harga telur dinilai dapat menjadi momentum bagi peternak untuk bangkit.
Berdasarkan data Info Pangan Jakarta terpantau pada hari ini, Senin (5/12/2022), pukul 09.14 WIB, harga telur ayam telah tembus Rp31.063 per kilogram (kg).
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko melihat kenaikan harga telur ayam saat ini dapat menjadi momentum bagi peternak untuk recovery setelah merugi di kala harga anjlok beberapa bulan yang lalu.
“Mungkin kesempatan yang bagus bagi petani untuk recovery, tapi pada sisi yang lain memang ada keluhan dari masyarakat bahwa kalau harga Rp31.000 memang tinggi,” ujarnya kepada Bisnis saat ditemui di Jakarta, Senin (5/12/2022).
Perlu diketahui, kata Moeldoko, petani telur sempat menderita dalam waktu yang cukup panjang akibat harga telur yang sempat anjlok sehingga membuat petani terpaksa untuk melakukan afkir dini dan menjual aset-asetnya.
Saat harga telur mulai membaik, petani membutuhkan waktu untuk memenuhi kembali pasokan komoditas tersebut. Harga yang tinggi membuat petani tersenyum, tetapi sayangnya memberatkan masyarakat.
Baca Juga
Moeldoko yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Kerukunan Tani Indonesia menyampaikan, seharusnya harga telur di tingkat produsen yang saat ini berdasarkan data Badan Pangan Nasional sebesar Rp25.000/kg, sudah cukup bagi petani.
“Harga petani telur itu Rp25.000/kg sudah cukup bisa ada untung, ini kenapa Rp31.000/kg ini akan kami lihat, di mana peternaknya, apakah peternak di pemain layer tengahnya atau bagaimana, nanti kami akan dalami bersama Kepala Badan Pangan Nasional,” tegas Moeldoko.
Sementara itu, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi telah meminta para peternak layer dan pedagang telur untuk membeli dan menjual telur ayam ras sesuai dengan Harga Acuan Penjualan/Pembelian (HAP) yang telah disepakati dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No. 5/2022.
Berdasarkan Perbadan tersebut, harga acuan pembelian di tingkat produsen (peternak layer) berada di kisaran Rp 22.000-Rp 24.000/kg, sedangkan harga acuan penjualan di tingkat konsumen Rp 27.000/kg.
“Melalui surat resmi di pertengahan November kami telah meminta seluruh Asosiasi Peternak, Pedagang, serta sejumlah Koperasi agar mematuhi HAP sesuai Perbadan No. 5/ 2022,” terangnya.
Selain telah menetapkan harga acuan, Arief melihat adanya oknum yang 'bermain' dengan harga telur menjelang libur Natal dan tahun baru (Nataru). Namun, dirinya juga tidak memungkiri bahwa salah satu faktor penyebab kenaikan harga telur adalah kenaikan harga input produksi terutama jagung pakan.
Maka dari itu, imbuhnya, tata kelola jagung nasional juga harus diperkuat karena berdampak secara signifikan terhadap harga pokok produksi telur dan produk peternakan unggas lainnya. Hal ini mengingat jagung merupakan salah satu komponen pakan unggas yang banyak digunakan.