Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah akan membangun moda transportasi massal MRT dan LRT di Medan, Bandung, Surabaya, dan Bali. Guna memastikan efektivitas moda transportasi massal itu, pemerintah harus memastikan trayek yang akan dibangun tidak sama dengan moda transportasi massal lainnya.
Menurut Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang, pemerintah perlu berkaca pada pembangunan LRT Palembang. Kendati saat ini volume penumpang sudah naik signifikan, dia menyebut harus ada proses pengalihan trayek atau rerouting sejumlah moda angkutan massal lainnya guna mengerek volume penumpang LRT Palembang.
Berdasarkan catatan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Divre III Palembang, tren penumpang LRT rata-rata pada Oktober 2022 mencapai 9.666 penumpang setiap harinya. Sampai dengan pertengahan Oktober 2022, jumlah kumulatif penumpang tercatat hingga 2,32 juta penumpang.
Keharusan untuk membedakan trayek MRT atau LRT dengan trayek angkutan massal lainnya di Medan, Bandung, Surabaya, dan Bali, lantaran masih sedikitnya populasi penduduk di kota tersebut jika dibandingkan dengan DKI Jakarta. Apabila hal itu tidak dicegah, maka moda transportasi yang baru diprediksi bisa sepi penumpang.
Deddy mengatakan bahwa prasyarat untuk membangun suatu transportasi massal berbasis rel yang efektif yakni dengan populasi daerah minimal 5 juta penduduk.
"Kalau untuk bangun suatu transportasi massal berbasis rel itu minimal populasinya kalau standar di railway 5 juta penduduknya. Jadi tanpa harus ada rerouting atau integrasi. Kalau penduduk kota 5 juta di suatu kota, pasti berhasil. Palembang itu hanya 1,2 juta, makanya sempat terbengkalai LRT-nya," kata Deddy, Kamis (1/12/2022).
Baca Juga
Sebenarnya, tutur Deddy, masalah trayek antara angkutan massal juga terlihat di DKI Jakarta. Kendati sistem transportasi massalnya sudah lebih maju, namun trayek antara satu moda dengan moda lainnya masih banyak yang sama. Akibatnya, salah satu moda angkutan akan lebih sepi dari moda lainnya.
Deddy mencontohkan trayek MRT Fase 1 Lebak Bulus–HI dengan sejumlah trayek moda lainnya seperti Transjakarta. Menurutnya, trayek yang dibuat tidak berbeda menyebabkan salah satu moda sepi penumpang.
"MRT itu load factor-nya sedikit, belum sampai 50 persen. Di sana ada tiga trayek yang sama, Thamrin-Sudirman, ada Transjakarta BRT, non-BRT, intinya ada tiga pilihan angkutan umum. Kalah MRT karena dia subway, naik MRT harus susah payah," jelasnya.
Oleh karena itu, Deddy mewanti-wanti agar nantinya pembangunan MRT dan LRT di empat kota besar itu bisa memisahkan trayek yang akan dibangun dengan trayek angkutan massal yang sudah ada. Dia berpesan agar jangan sampai harus ada proses rerouting lagi seperti yang dilakukan untuk angkutan massal di Palembang.
"Kalau Medan, Surabaya, Bandung dibuat trayeknya in line atau sejajar dengan trayek yang sudah ada, maka trayek angkutan moda lian berbasis jalan raya harus diganti. Karena penduduknya itu belum sampai 5 juta," terangnya.