Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan pengusaha memandang optimistis terkait dengan kinerja manufaktur Indonesia ke depan meskipun Purchasing Managers Index (PMI) 2022 tercatat melemah 1,5 poin dari bulan sebelumnya menjadi 50,3.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan optimisme pengusaha dilatarbelakangi perbedaan situasi antara turbulensi ekonomi saat ini yang disebabkan oleh konflik geopolitik dan yang terjadi beberapa tahun lalu akibat pandemi Covid-19.
"Berbeda dengan pandemi, kondisi saat ini karena masalah geopolitik yang disebabkan oleh manusia. Artinya, pasti ada satu titik temu yang akhirnya bisa menurunkan tensi. Sebab, konflik yang urusannya masih antarmanusia harusnya masih bisa dikelola," kata Hariyadi kepada Bisnis.com, Kamis (1/12/2022).
Titik temu tersebut, lanjut Hariyadi, tecermin dalam pertemuan B20 beberapa waktu lalu di Bali di mana pengusaha dari negara-negara yang berpartisipasi sepakat menemukan satu common ground terkait dengan situasi ekonomi saat ini.
Sekadar informasi, pertemuan tersebut menghasilkan 25 rekomendasi kebijakan serta 68 aksi kebijakan guna mendorong inovasi, inklusivitas, dan kolaborasi antara semua pihak.
Sejalan dengan hal itu, sambung Hariyadi, dia meyakini akan terjadi kompromi-kompromi politik dari negara-negara yang terlibat dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang pada akhirnya mampu mengelola konflik yang sedang berlangsung saat ini.
Baca Juga
Selain itu pada pertemuan B20 kemarin dari 80 negara ditemukan satu common ground terkait dengan situasi ekonomi saat ini. Sejalan dengan hal itu, dari sisi geopolitik pun pelaku usaha meyakini akan terjadi kompromi politik.
"Dari sisi geopolitik, pelaku usaha di Tanah Air meyakini akan terjadi kompromi politik," ujarnya.
Senada, pemerintah juga optimistis dengan kinerja manufaktur Indonesia yang diperkirakan bertahan di zona ekspansi.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan terdapat 3 hal yang mendukung optimisme tersebut. Pertama, daya beli masyarakat yang masih terjaga.
"Daya beli masyarakat itu tercermin dari inflasi pada bulan Oktober sebesar 5,71 persen," kata Agus dalam keterangan resmi, Kamis (1/12/2022).
Kedua, persiapan perayaan Natal 2022 dan tahun baru 2023 sepanjang Desember ini dinilai juga akan mendukung peningkatan pesanan. Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang positif pada sejumlah negara mitra di kuartal III/2022.
Agus menjelaskan sejumlah negara mitra yang mengalami pertumbuhan ekonomi positif tersebut di antaranya China, Jepang, dan Amereka Serikat. Kondisi ini, kata Agus, menjadi sinyal yang mendukung kepercayaan diri para pelaku industri di Tanah Air.