Bisnis.com, JAKARTA- Pengamat properti mengapresiasi sektor perbankan yang secara umum belum meningkatkan bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Padahal, Bank Indonesia (BI) telah menetapkan suku bunga acuan di level 5,25 persen untuk ketiga kalinya meningkat hanya dalam kurun waktu empat bulan terakhir.
CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda melihat kebijakan perbankan untuk menahan laju kenaikan bunga KPR tersebut didorong likuiditas bank yang masih kuat.
"Saya apresiasi perbankan, coba lihat ketika BI rate naik, biasanya bank itu otomatis akan naikin, tapi ternyata tidak, kenapa? Likuiditas Bank itu masih tinggi, dia butuh keluarkan kredit," kata Ali menjawab Bisnis, dikutip Senin (28/11/2022).
Terlebih permintaan dan daya beli masyarakat untuk pembelian properti hunian masih tumbuh di tahun 2022 ini. Hal ini dibuktikan penjualan properti residensial di triwulan III/2022 yang berada di angka 13,58 persen.
Menurutnya, kabar terkait kenaikan suku bunga BI hanya perspektif negatif belaka yang menunjukkan kenaikan seolah-olah tinggi. Pasalnya, selama dua tahun sebelumnya, yakni 2020-2021 suku bunga berada di level terendah sepanjang sejarah Indonesia.
Baca Juga
"Tahun 2020 dan 2021 itu suku bunga terendah sepanjang sejarah Indonesia. Tapi kalau kita lihat 2017-2018 sama BI rate-nya dengan 2022, sebenarnya gak ada masalah, ini perspektif negatif aja," tegasnya.
Di sisi lain, Ketua Umum DPP REI Paulus Totok Lusida menuturkan kenaikan BI rate juga tidak dapat serta merta dikaitkan dengan kondisi penjualan di pasar.
Berdasarkan survei BI, meski tumbuh 13,58 persen namun penjualan properti mengalami penuruna sebesar 1,65 persen di triwulan III/2022 dari triwulan sebelumnya.
"Kalau masalah bunga aja sebagai standar ukuran tidak bisa, yang menjadi ukuran adalah transaksi ini bisa berlangsung enggak?" ujarnya kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
Dalam hal ini, artinya prospek penjualan properti kembali pada kekuatan pasar domestik. Dia menerangkan, transaksi dapat berlangsung, apabila kelas pekerja ada penghasilan untuk beli properti.
Hal ini dipertegas oleh Waketum REI Bidang Komunikasi, Promosi dan Pameran Ikang Fawzi. Dia optimistis bahwa pertumbuhan di pasar properti akan terus berjalan dengan kehadiran kaum milenial.
Kebutuhan properti di masa depan berada di tangan milenial, maka para pengembang saat ini pun berupaya memenuhi kebutuhan tersebut.
"Mereka berdaya, mereka bisa menghidupkan jaringan bisnis sehingga tetap berjalan, jadi uang berputar terus," ujarnya.
Lebih lanjut, menurut Ikang, saat ini yang perlu dilakukan, yaitu menjaga pasar tetap ada. Untuk itu, pengembang pun terus memberikan penawaran mulai dari inovasi skema pembiayaan, subsidi, promo, dan lainnya.