Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan pemerintah masih menegosiasikan bebas tarif terhadap komoditas yang tidak diproduksi di Amerika Serikat (AS), termasuk tembaga.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan pemerintah juga menginginkan agar komoditas yang berasal dari Indonesia dikenakan tarif 0%, sama seperti pembebasan bea masuk produk AS ke Indonesia.
“Jadi kita kan ini masih proses negosiasi. Kita kan juga ingin ada komoditas yang tidak diproduksi oleh Amerika itu bisa mendapatkan [tarif 0%],” kata Budi saat ditemui di Kantor Kemendag, Jakarta, Kamis (7/8/2025).
Dia berharap negosiasi ini bisa membuat beberapa komoditas Indonesia dikenai 0% ke AS. “Iya, sedang proses negosiasi, mudah-mudahan [tembaga Indonesia bisa bebas tarif ke AS],” ujarnya.
Adapun, negosiasi ini masih akan berlangsung hingga 1 September mendatang. Meskipun demikian, Budi masih belum memerinci komoditas apa saja yang ditargetkan bisa mendapatkan tarif 0% untuk masuk ke AS.
“Pokoknya [komoditas] yang nggak diproduksi [oleh AS]. Nanti saja itu kan lagi negosiasi. Jangan diomongin,” tuturnya.
Baca Juga
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani sebelumnya mengungkap Indonesia berhasil menyepakati besaran tarif impor tembaga sebesar 0% dengan Amerika Serikat.
Adapun, pemerintah Indonesia juga tengah berupaya menegosiasikan tarif untuk sejumlah komoditas lain seperti nikel dan kelapa sawit.
Selain menyepakati penurunan tarif timbal balik yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump dari 32% menjadi 19%, kata Rosan, Indonesia juga berhasil mengamankan pungutan 0% untuk komoditas tembaga.
“Di beberapa barang atau komoditas yang tidak bisa dihasilkan di AS itu tarif bisa menjadi kurang dari itu [19%]. Kebetulan untuk tembaga kita 0% dan sudah disetujui,” kata Rosan dalam acara Indonesia—Japan Executive Dialogue 2025 di Jakarta, Rabu (6/8/2025).
Dia menyampaikan, pemberlakuan tarif 0% untuk komoditas tembaga tersebut akan sama dengan pungutan impor timbal balik, yakni 7 Agustus 2025.
Selain itu, pemerintah juga tengah bernegosiasi dengan US Trade Representative (USTR) terkait komoditas-komoditas lain. Rosan menjelaskan, beberapa komoditas seperti nikel, hingga kelapa sawit (crude palm oil/CPO) diusulkan Indonesia untuk mendapat pengurangan tarif.
Namun, Rosan optimistis penurunan tarif untuk beberapa komoditas tersebut akan disetujui oleh Negara Paman Sam, meski proses negosiasi masih terus berjalan hingga saat ini.
Sayangnya, Rosan enggan memerinci target penurunan tarif yang diincar Indonesia. "Kelihatannya nikel dan yang lain-lain itu akan disetujui juga, mungkin tidak 0%, tetapi jauh di bawah 19%," ujarnya.
Adapun sebelumnya, Trump telah menetapkan tarif impor sebesar 50% untuk seluruh produk tembaga setengah jadi yang masuk ke AS. Namun, dia mengecualikan tembaga murni (refined copper) dari kebijakan tersebut, sehingga industri domestik terhindar dari potensi lonjakan biaya produksi.