Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso meyakini bahwa produk Indonesia akan kian mudah merambah pasar Amerika Serikat (AS) meskipun dikenai tarif resiprokal sebesar 19% oleh Presiden AS Donald Trump.
Menurutnya, besaran tarif itu terbilang kecil dibandingkan pesaing utama perdagangan Tanah Air lainnya seperti China, Vietnam, dan India yang dikenakan tarif resiprokal lebih dari 19%.
“Ya kita optimistis ya, kalau pasar [ekspor ke] Amerika terus tetap bergairah, berarti kita semakin mudah masuk ke sana,” katanya saat ditemui di Kantor Kemendag, Jakarta Pusat, Rabu (6/7/2025).
Dia berpandangan bahwa tingkat tarif itu menandakan bahwa Indonesia tidak bersaing dari nol, melainkan selangkah lebih maju dibandingkan dengan negara lain.
Terkait negara-negara Asia Tenggara lainnya yang juga dikenakan tarif 19% seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina, Busan mengaku tak khawatir karena ketiga negara itu bukan termasuk pesaing utama RI.
“Tidak apa-apa, itu bukan pesaing utama kita. Kita bisa bersaing dengan mereka,” tuturnya.
Baca Juga
Lebih lagi, Budi menyampaikan bahwa surplus ekspor Indonesia ke AS sepanjang semester I/2025 mencapai US$9,9 miliar, menandakan bahwa produk dalam negeri bisa bersaing di negeri Paman Sam.
Dia lantas memproyeksikan bahwa nilai ekspor Indonesia dapat meningkat hingga akhir tahun, selagi mendorong optimalisasi perdagangan atas situasi tersebut.
“Makanya kita bagaimana memanfaatkan utilisasi ini secara optimal, ya Kita mendorong bersama-sama pelaku usaha supaya memanfaatkan kesempatan ini,” pungkas Budi.
Berdasarkan catatan Bisnis, nilai ekspor Indonesia pada paruh pertama tahun ini mencapai US$135,41 miliar, tumbuh 7,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$125,73 miliar.
Perinciannya, ekspor migas tercatat sebesar US$7,03 miliar, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$128,39 miliar.
Sementara itu, surplus neraca perdagangan pada enam bulan pertama 2025 mencapai US$19,48 miliar. Surplus ini berasal dari surplus nonmigas senilai US$28,31 miliar yang diimbangi oleh defisit migas sebesar US$8,83 miliar.