Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) optimistis kondisi pasar sektor properti pada tahun depan tetap bertumbuh.
Keoptimisan tersebut di tengah tekanan terhadap pasar properti sangat besar antara lain tingginya tingkat inflasi, naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR), ancaman resesi tahun 2023, dan memasuki tahun politik.
Ketua Umum AREBI Lukas Bong mengatakan kebutuhan properti di Indonesia sangat besar akibat populasi yang terus meningka dan backlog perumahan yang masih tinggi sehingga pasar properti di tahun depan tetap bertumbuh.
Menurutnya, sepanjang tahun ini pasar properti terus bertumbuh. Ada banyak faktor yang mendorong industri properti di tahun 2022 antara lain, pandemi Covid-19 yang semakin terkendali, relaksasi dan banyaknya stimulus di sektor properti.
Selain itu, strategi pengembang yang jitu seperti memasarkan rumah seharga di bawah Rp1 miliar dengan memperkecil luasan tanah dan bangunan dan juga desain yang menarik dan fungsional.
“Kami optimis kondisi properti di tahun depan. Selain karena backlog properti tidak hanya kebutuhan utama tetapi juga menjadi investasi yang aman dan menguntungkan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (25/11/2022).
Baca Juga
Lukas berharap pemerintah dapat kembali melakukan relaksasi di sektor properti dan memberikan berbagai stimulus untuk mendorong industri properti di tengah semakin banyaknya tekanan.
Hal itu dapat dilakukan dengan pemberian kembali insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 100 persen yang terbukti efektif meningkatkan daya beli masyarakat.
“Time to buy properti terus berlanjut buat investor maupun end user karena pengembang akan terus menekan harga supaya produk tetap laku Perbankkan juga masih memberikan suku bunga yang bersahabat. Pembangunan infrastruktur juga terus dilakukan agar semakin memudahkan aksesibilitas kawasan. Nanti kalau ekonomi pulih, harga properti pasti akan meroket lagi,” tuturnya.
Di sisi lain, Lukas tak menampik tantangan yang dihadapi oleh agen properti ke depan akan semakin berat. Agen properti dalam bekerja tidak bisa lagi menggunakan cara lama, konvensional, tetapi harus lebih kreatif dan inovatif dan melek digitalisasi.
Menurutnya, broker properti harus bekerja lebih profesional di saat seperti ini agar bisa meraih transaksi. Konsumen sudah semakin kritis dan teredukasi.
“Oleh karena itu, asosiasi akan terus mendorong profesionalisme broker properti melalui sertifikasi,” katanya.
Dengan memiliki sertifikat/lisensi, broker properti dianggap sudah memiliki kemampuan menjalankan pekerjaan sebagai broker properti, dan memiliki legalitas sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan pemerintah.
Saat ini memang sudah tidak berlaku lagi Surat Izin Usaha Perusahaan Perantara Perdagangan Properti (SIU-P4), hanya Nomor Induk Berusaha (NIB).
Namun, untuk mendapatkan NIB perusahaan agen properti tetap harus memenuhi syarat seperti SIU-P4 yakni setiap perusahaan agen properti wajib memiliki dua tenaga ahli bersertifikat.
Asosiasi akan terus berkolaborasi dan bekerjasama dengan pemerintah bersama stake holder properti lainnya untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selama ini salah satu sektor yang berkontribusi mendorong pertumbuhan ekonomi adalah properti dan broker menjadi bagian dari sektor ini.
Saat ini AREBI memiliki 1.200 anggota yang tersebar di 13 DPD AREBI yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Barat. Sementara jumlah Caretaker (Kandidat DPD) ada 2 yakni Yogyakarta, dan Kalimantan Timur.