Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Suku Bunga Acuan Mulai Gerogoti Penjualan Properti

Kenaikan suku bunga BI sepanjang empat bulan terakhir menjadi sentimen negatif di sektor properti.
Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). /Bisnis-Abdullah Azzam
Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). /Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan properti pada triwulan III/2022 mengalami pertumbuhan sebesar 13,58 persen. Namun, angka tersebut turun 1,65 persen dari triwulan sebelumnya sebesar 15,23 persen.

Penurunan penjualan properti pada triwulan ketiga ini beriringan dengan melesatnya suku bunga acuan BI yang kini di level 5,25 persen hanya dalam kurun waktu empat bulan terakhir.

Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit mengatakan meski kenaikan suku bunga BI tidak serta merta menaikkan tingkat suku bunga KPR di pasar, namun hal tersebut menjadi sentimen negatif bagi penjualan.

"Ya, penurunan ini terpengaruh karena sentimen kenaikan tingkat suku bunga KPR, setelah BI 7Days Repo Rate-nya BI mulai dinaikan dari 3,5 persen jadi 3,75 persen dan kemudian naik kembali menjadi 4,25 persen pada saat itu menjerlang triwulan III," kata Panangian kepada Bisnis, Kamis (24/11/2022).

Namun, berdasarkan survei BI pertumbuhan properti residensial saat ini masih ditopang penjualan rumah tipe kecil yang meningkat sebesar 30,77 persen (yoy).

Pasalnya, penjualan rumah tipe kecil pada periode sebelumnya masih terbilang rendah yakni 14,44 persen (yoy). Tak hanya rumah kecil, penjualan rumah besar juga tumbuh hingga 19,73 persen.

Namun, pertumbuhannya melambat dari periode sebelumnya yang mencatat penjualan hingga 29,86 persen (yoy). Sedangkan, penjualan tipe rumah menengah terkontraksi sebesar -1,59 persen di periode ini.

BI mencatat alasan di balik penurunan penjualan properti residensial primer yaitu karena ada sejumlah hambatan seperti kenaikan harga bangunan, masalah perizinan dan birokrasi, suku bunga KPR, proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR, dan perpajakan.

Sementara itu, sebagian besar konsumen masih menjadikan skema pembiayaan KPR sebagai pilihan dengan pangsa pasar sebesar 74,53 persen. Disusul oleh pembiayaan tunai bertahap sebesar 17,39 persen dan tunai 8,08 persen.

Total nilai kredit KPR dan KPA tercatat meningkat sebesar 7,98 persen (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yaitu 7,80 persen (yoy).

Dalam survei lainnya, BI melaporkan bahwa permintaan KPR diperkirakan menurun selama 3 hingga 6 bulan ke depan. Merosotnya permintaan selama 3 bulan ke depan terindikasi dari melemahnya pangsa KPR dari 13 persen pada September 2022 menjadi 10,4 persen pada Oktober.

Masih dari survei BI, pada periode 6 bulan mendatang, kebutuhan terhadap pembiayaan KPR juga cenderung melemah. Pada Oktober 2022, pangsa KPR tercatat berada di posisi 6,9 persen, sedangkan bulan sebelumnya mencapai 10,2 persen.

Tak cuma itu, survei bank sentral juga memproyeksikan bahwa penyaluran kredit baru untuk kredit konsumsi seperti KPR dan lainnya mengalami perlambatan pada kuartal IV/2022.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan bahwa ada beberapa hal yang memengaruhi hasil survei BI terkait dengan permintaan KPR.

Pertama, kondisi umum secara makro ke depan memang sulit diprediksi. Mengingat sejumlah pihak telah meramalkan bahwa prospek perekonomian dunia akan mengalami badai sempurna atau perfect storm pada tahun depan. “Meski demikian, saya melihat Indonesia tidak akan terkena impact yang begitu besar dalam jangka pendek maupun jangka panjang,” tutur Amin kepada Bisnis, Senin (21/11/2022).

Kedua adalah kenaikan tingkat suku bunga acuan. Menurutnya, para nasabah telah memperkirakan suku bunga KPR akan meningkat seiring dengan naiknya suku bunga acuan yang saat ini berada di level 5,25 persen.

“Terakhir saya melihat bahwa mungkin saat ini bagi sebagian orang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masih berat, jadi untuk membeli rumah dan sebagainya bukan menjadi prioritas di tengah kondisi sekarang,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper