Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akademisi Tak Setuju Food Estate Disebut Picu Perubahan Iklim

Akademisi kurang setuju dengan kritik Green Peace Indonesia soal keberadaan food estate memicu masalah perubahan iklim.
Kawasan food estate di Kab. Humbang Hasundutan. - Istimewa/Diskominfo Sumut
Kawasan food estate di Kab. Humbang Hasundutan. - Istimewa/Diskominfo Sumut

Bisnis.com, JAKARTA – Guru Besar IPB University Bayu Krisnamurthi menanggapi kritikan dari Green Peace Indonesia soal program food estate atau lumbung pangan yang memicu masalah perubahan iklim di Kalimantan dan Papua.

Bayu menilai penggunaan istilah feeding to climate change oleh Green Peace, kurang tepat karena masih banyak kegiatan yang saat ini masih menyumbang faktor perubahan iklim, termasuk polusi kendaraan dan industri.

“Artinya pembukaan hutan 700 hektare tentu ada dampaknya, tetapi kalau 700-an hektare dianggap menjadi satu-satunya atau jadi faktor utama penyebab perubahan iklim rasanya enggak,” kata Bayu, Minggu (13/11/2022).

Berdasarkan usulan dari Kementerian Pertahanan, yang ditugaskan Jokowi untuk menggarap lumbung pangan, terdapat 775.757 hektare lahan mulai dari Bangka Belitung hingga Papua yang akan digarap.

Adapun, Bayu mengingatkan bahwa ide food estate sudah ada sejak 60 tahun silam atau akhir 1960. Namun, belum ada yang sesuai dengan rencana.

“Food estate padi di Sumatra, dibiayai oleh Pertamina. Lalu 1 juta ha zaman Pak Soeharto, kemudian Merauke Food Estate jaman Pak SBY, dan sekarang. Yang zaman Pak Soeharto dan Pak SBY keberhasilannya tidak sesuai harapan dan rencana dan yang sekarang masih ditunggu juga keberhasilan sesuai yang diharapkan,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo Subianto, menegaskan kembali bahwa dalam bentuk menjaga ketahanan pangan, dirinya telah mengusulkan pembuatan food estate dengan ketersediaan 16 juta hektare lahan potensial.

Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), kata Prabowo, terdapat 16 juta Ha lahan di Indonesia yang telah terdegradasi dan berpotensi menjadi lumbung pangan.

“Saya usulkan kepada presiden agar hutan yang terdegradasi kami ubah menjadi lahan produktif untuk menciptakan pangan dan energi. Jika kami mengubah hanya 16 juta Ha yang terdegradasi menjadi produksi pangan, Indonesia dapat menjadi lumbung pangan dunia,” ujarnya dalam Global Food Security Forum, Minggu (13/11/2022).

Alhasil, sejak berlanjutnya perjalanan food estate di 2020, beberapa progres food estate, yakni di Kalimantan Tengah yang sedang dikembangkan oleh Kementerian Pertanian sekitar 60.000 hektare. Kemudian, di Sumatra Utara telah mencapai 7 hektare dari target yang ditetapkan sebanyak 22 hektare.

Sementara itu, di Nusa Tenggara Timur dilakukan pengembangan food estate seluas 559 hektare dengan komoditas berupa jagung.

Sebelumnya, Head of Indonesia Forest Campaign Green Peace Indonesia, Kiki Taufik, membagikan kondisi terkini program food estate yang disebut mangkrak sehingga menyebabkan perubahan iklim di lokasi sekitar, yakni di wilayah Kalimantan dan Papua.

“Kira-kira hutan alam yang luasnya 700an hektare yang sudah dibabat habis untuk program Food Estate Kementerian Pertahanan ini, siapa yang akan melakukan restorasi & pemulihan? @jokowi. Sementara masyarakat di desa-desa yang berada di hilir sejak area tersebut dibuka mengalami kebanjiran yang berulang,” cuit @k1k1taufik dikutip, Minggu (13/11/2022).

Kiki menemukan hutan-hutan yang semula menutupi wilayah Kalimantan Tengah, kini sudah habis gundul dan diganti dengan kebun singkong yang tumbuhnya kerdil dengan batang yang sangat kecil.

“Alat-alat berat yang menjadi rongsokan malah jadi tempat tumbuhnya belukar. Kira-kira berapa duit negara yang sudah dihabiskan untuk proram yang tidak berfaedah. Program food estate atau lumbung pangan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah. Namun dijawab dengan masalah,” ujar Kiki.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper