Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahlil Sebut Ekonomi Global 2023 Tak Akan Sebaik 2022, Jika…

Bahlil menyebut bahwa ekonomi global di 2023 tidak akan sebaik 2022, mengapa?
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat wawancara dengan Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (25/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat wawancara dengan Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (25/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut, ekonomi global di 2023 tidak akan sebaik 2022 lantaran sejumlah negara akan memasuki resesi, dan 16 negara sudah menjadi pasien Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).

Melihat kondisi tersebut, Bahlil meminta semua pihak untuk tidak terbuai dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat tumbuh 5,72 persen (year-on-year/yoy), meskipun dia cukup optimistis ekonomi Indonesia mampu bertahan di tengah kondisi yang penuh dengan ketidakpastian pada 2023 mendatang.

“2023 saya berani taruhan, bahwa ekonomi global tidak akan sebaik 2022 kalau kita tidak mampu memastikan stabilitas,” kata Bahlil dalam konferensi pers ‘Investasi Terus Tumbuh Topang Pertumbuhan Ekonomi’ yang digelar secara virtual, Kamis (10/11/2022).

Apalagi, lanjut dia sudah ada 28 negara yang antri untuk menjadi pasien IMF. Apabila Indonesia tidak mampu mengelola situasi saat ini, bukan tidak mungkin bila Indonesia menjadi salah satu negara yang antri menjadi pasien IMF.

“Jujur, pertumbuhan ekonomi kita 5,72 persen. Jangan kita terbuai karena base line kita pada kuartal yang sama di 2021 tidak lebih dari 4 persen. Beda dengan base line kita di kuartal II/2021,” ujarnya.

Menurut dia, ekonomi, terutama di dalam negeri akan baik pada tahun depan, apabila ada jaminan stabilitas, baik stabilitas politik, keamanan, maupun kebijakan yang berkelanjutan. Sehingga dia berharap semua pihak dapat bahu membahu mengelola perekonomian dengan baik.

“Saya berpikir bahwa cukuplah pengalaman kelam kita di 98, karena untuk bangkit butuh waktu yang lama, dan sekarang adalah momentum untuk kita mempertahankan itu,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper