Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut, ekonomi global di 2023 tidak akan sebaik 2022 lantaran sejumlah negara akan memasuki resesi, dan 16 negara sudah menjadi pasien Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
Melihat kondisi tersebut, Bahlil meminta semua pihak untuk tidak terbuai dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat tumbuh 5,72 persen (year-on-year/yoy), meskipun dia cukup optimistis ekonomi Indonesia mampu bertahan di tengah kondisi yang penuh dengan ketidakpastian pada 2023 mendatang.
“2023 saya berani taruhan, bahwa ekonomi global tidak akan sebaik 2022 kalau kita tidak mampu memastikan stabilitas,” kata Bahlil dalam konferensi pers ‘Investasi Terus Tumbuh Topang Pertumbuhan Ekonomi’ yang digelar secara virtual, Kamis (10/11/2022).
Apalagi, lanjut dia sudah ada 28 negara yang antri untuk menjadi pasien IMF. Apabila Indonesia tidak mampu mengelola situasi saat ini, bukan tidak mungkin bila Indonesia menjadi salah satu negara yang antri menjadi pasien IMF.
“Jujur, pertumbuhan ekonomi kita 5,72 persen. Jangan kita terbuai karena base line kita pada kuartal yang sama di 2021 tidak lebih dari 4 persen. Beda dengan base line kita di kuartal II/2021,” ujarnya.
Menurut dia, ekonomi, terutama di dalam negeri akan baik pada tahun depan, apabila ada jaminan stabilitas, baik stabilitas politik, keamanan, maupun kebijakan yang berkelanjutan. Sehingga dia berharap semua pihak dapat bahu membahu mengelola perekonomian dengan baik.
Baca Juga
“Saya berpikir bahwa cukuplah pengalaman kelam kita di 98, karena untuk bangkit butuh waktu yang lama, dan sekarang adalah momentum untuk kita mempertahankan itu,” pungkasnya.