Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keuangan mencatat realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang baru hingga September 2022 mencapai Rp478,9 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa posisi realisasi penerbitan utang hingga September 2022 tersebut mengalami penurunan sebesar 26 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
“Sampai dengan September 2022 realisasi pembiayaan Rp478,9 triliun, ini menurun tajam 26 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp647,5 triliun,” katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Jumat (21/10/2022).
Sri Mulyani menjelaskan, penurunan ini didorong oleh penurunan pada penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 29,4 persen menjadi Rp470,9 triliun, dibandingkan dengan September 2021 yang mencapai Rp666,7 triliun.
Hal ini dikarenakan penerimaan pajak yang mengalami peningkatan tinggi, terutama dipicu oleh harga komoditas unggulan Indonesia yang meningkat tinggi di pasar global.
Dia mengatakan, penurunan realisasi pembiayaan APBN ini merupakan posisi dan strategi yang tepat mengingat ketidakpastian dan gejolak yang saat ini tinggi di perekonomian global.
Baca Juga
Dinamika ekonomi global saat ini, di mana suku bunga acuan cenderung naik, serta dolar Amerika Serikat menguat dan memberikan tekanan ke negara berkembang, akan menimbulkan volatilitas di pasar keuangan, termasuk pasar SBN.
“Cost of fund [CoF] menjadi naik, jadi kalau kita responnya dengan menurunkan penerbitan surat berharga, berarti kita menghindarkan risiko gejolak global yang sangat tinggi,” kata dia.
Sri Mulyani menambahkan, hingga 18 Oktober 2022, Bank Indonesia (BI) telah melakukan pembelian SBN di pasar perdana berdasarkan skema SKB I sebesar Rp41,55 triliun.
Sejalan dengan itu, realisasi pembelian SBN oleh BI berdasarkan skema SKB III tercatat sebesar Rp95,42 triliun, sehingga masih tersisa Rp128,6 triliun.