Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed 'Wanti-Wanti' Perlambatan Ekonomi, Makin Dekat Resesi?

The Fed dalam laporan Beige Book menyatakan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi cenderung lebih pesimistis
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner

Bisnis.com, JAKARTA - Federal Reserve (The Fed) menyampaikan kehati-hatiannya bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) hingga awal Oktober meningkatkan kekhawatiran terjadinya resesi, meskipun ada indikasi meredanya tekanan inflasi.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (20/10/2022), The Fed dalam laporan Beige Book menyatakan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi cenderung lebih pesimistis di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap melemahnya permintaan.

"Beberapa Distrik melaporkan penurunan permintaan tenaga kerja, dengan beberapa mencatat bahwa bisnis ragu-ragu untuk gaji di tengah meningkatnya kekhawatiran penurunan ekonomi." kata The Fed dalam laporan tersebut.

Laporan Beige Book didasarkan pada informasi yang dikumpulkan oleh 12 bank regional The Fed hingga 7 Oktober dan disusun The Fed regional Dallas. Laporan tersebut menyebutkan kata "resesi" 13 kali, lebih banyak dibandingkan Beige Book bulan September yang hanya menyebutkan 10 kali kata resesi.

Seperti diketahui, bank sentral diperkirakan menaikkan suku bunga 75 basis poin lagi pada awal November untuk menurunkan inflasi yang mencapai level tertinggi dalam empat dekade.

Investor memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin lagi pada pertemuan bulan Desember dan akan mendekati level 5 persen tahun depan menyusul data inflasi yang mengecewakan pekan lalu.

Inflasi AS, yang tidak termasuk harga makanan dan energi, mencapai 6,6 persen pada September dibandingkan bulan yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), level tertinggi sejak 1982. Secara keseluruhan, pasar tenaga kerja juga cenderung ketat, meskipun beberapa distrik melaporkan penurunan tekanan upah.

Gubernur The Fed Jerome Powell dan gubernur bank sentral lain memperingatkan bahwa upaya menekan inflasi dapat menimbulkan sejumlah dampak negatif, termasuk peningkatan angka pengangguran.

Bank sentral mengatakan pasar tenaga kerja sangat ketat hingga cenderung tidak sehat, meskipun peningkatan angka lowongan kerja mulai melandai.

Data nonfarm payrolls (NFP) meningkat 263.000 pada bulan September dan tingkat pengangguran turun menjadi 3,5 persen, level terendah lima dekade.

Bertentangan dengan laporan tersebut, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat pada kuartal III/2022. The Fed Atlanta memperkirakan produk domestik bruto mengalami ekspansi nyaris 3 persen pada kuartal tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper