Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BI Ramal Suku Bunga The Fed Tembus 4,5 Persen di Akhir Tahun

Simak ramalan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo soal suku bunga The Fed. Bakal tembus 4,5 persen hingga akhir tahun?
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan suku bunga The Fed atau Fed Fund Rate (FFR) berpotensi meningkat ke level 4,5 persen hingga akhir tahun ini. 

Pasar keuangan global masih diliputi ketidakpastian yang tinggi, terutama dengan adanya langkah agresif bank sentral di banyak negara, terutama Amerika Serikat (AS) atau The Fed.  

“Kami perkirakan FFR masih akan naik puncaknya bisa 4,5 persen pada akhir tahun ini, bahkan ada prediksi lebih tiinggi,” katanya dalam acara Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI, Rabu (19/10/2022).

Perry menyampaikan bahwa langkah The Fed yang masih akgresif tersebut menambah ketidakpastian di pasar keuangan, terutama di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Kenaikan suku bunga The Fed telah mendorong penguatan dolar AS sehingga menekan mata uang seluruh negara di dunia.

“Tahun ini dolas AS menguat, apresiasi 19,20 persen, indeks dolar AS sekarang 114, ini sangat tinggi di sepanjang sejarah, bahkan kalau kita ukur sejak setahun terakhir sudah terjadi penguatan 20,25 persen,” jelasnya.

Pada kesempatan berbeda, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa kondisi nilai tukar dan pasar modal domestik cenderung terkoreksi di tengah sentimen kenaikan suku bunga The Fed yang tetap agresif mengingat inflasi di AS masih cenderung tinggi. 

Oleh karena itu, Josua memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Oktober ini sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen.

Dia menjelaskan, keputusan kenaikan suku bunga acuan tersebut diperlukan untuk menjangkar ekspekasi inflasi, khususnya second round effect dari penyesuaian harga BBM pada September lalu.

Selain itu, kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin tersebut juga untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan lebih agresif pada November 2022 menyusul data inflasi yang masih tinggi di AS.

“Kenaikan BI7DRR [BI-7 Day Reverse repo Rate] juga merupakan langkah pre-emptive mengantisipasi kenaikan suku bunga Fed pada bulan November mendatang sebesar 75 basis poin menjadi 4 persen,” kata Josua. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper