Bisnis.com, JAKARTA — Pelemahan nilai tukar rupiah akibat kebijakan suku bunga telah membawa rupiah pada Selasa, (4/10/2022) bertengger pada level Rp15.300 terhadap dolar AS.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif. Adapun potensi ditutup melemah cukup kuat pada rentang Rp15.290 - Rp15.370 per dolar AS.
Level rupiah ini telah membawa tekanan tambahan atas inflasi. Center of Economic and Law Studies atau Celios menilai bahwa pemerintah harus mewaspadai risiko inflasi akibat pelemahan nilai tukar rupiah. Sektor pangan menjadi yang paling rentan karena tingginya impor.
Ekonom dan Direktur Celios Bhima Yudhistira menyatakan bahwa menjelaskan bahwa inflasi masih akan naik hingga akhir tahun ini. Dia menyebut bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi penyebab utama inflasi yang naik menjadi 5,95 persen pada September 2022.
Kenaikan harga BBM membuat inflasi dari komponen pangan lebih meningkat, karena distribusi bahan pangan sangat bergantung kepada bahan bakar jenis pertalite dan solar. Faktor itu berpotensi membuat inflasi akan tetap naik hingga akhir tahun, yang bisa semakin berat karena adanya pelemahan nilai tukar.
"Faktor kunci inflasi beberapa bulan ke depan adalah pelemahan kurs rupiah dan penyesuaian tingkat suku bunga. Kurs rupiah melemah bisa sebabkan imported inflation, terutama ke pangan yang sebagian diperoleh dari impor," ujar Bhima pada Senin (3/10/2022).
Baca Juga
Menurutnya, pemerintah harus menjaga stabilitas harga pangan dengan menambah alokasi subsidi pupuk, memangkas rantai pasok pangan, dan melakukan pengawasan di setiap titik distribusi. Dalam jangka panjang, pemerintah pun harus memperkuat produksi pangan dalam negeri dengan cara yang berpihak kepada petani kecil, sembari mengurangi ketergantungan impor.
Bhima pun menilai bahwa pemerintah dan Bank Indonesia harus mampu menjaga stabilitas kurs rupiah. Terakhir, pemerintah perlu mengevaluasi ruang penurunan harga BBM bersubsidi di tengah penurunan harga minyak mentah.
"Proyeksinya sampai Desember 2022 inflasi bisa bertahan di atas 4,5 persen sampai dengan 5,5 persen," ujar Bhima.