Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Indonesia (BI): Kalau Bisa Jaga Harga Bahan Pokok, Inflasi Akan...

Bobotnya pangan itu [dalam inflasi] 16 persen, maka [inflasi] bisa turun ke kurang lebih 4 persen [jika harga bahan pokok terkendali],
Pedagang menunjukkan telur di Jakarta, Minggu (31/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pedagang menunjukkan telur di Jakarta, Minggu (31/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia menyatakan bahwa upaya menjaga harga pangan dapat menurunkan laju inflasi kembali ke kisaran 4 persen. Harga pangan menjadi komponen besar yang mendorong inflasi beberapa bulan terakhir.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aida S. Budiman menjelaskan bahwa saat ini, tugas utama pihaknya bersama pemerintah adalah menjaga transmisi harga energi dan komoditas ke dalam negeri. Perlu upaya ekstra untuk menjaga inflasi tidak semakin naik.

Pada Agustus 2022, tingkat inflasi telah mencapai 4,69 persen dengan kontributor utamanya dari komponen harga pangan bergejolak. Harga energi pun memengaruhi komponen harga yang ditentukan pemerintah (administered price) pada bulan lalu.

Oleh karena itu, Aida menilai bahwa seluruh elemen perlu mengelola harga pangan dengan lebih optimal agar inflasi bisa semakin terkendali. Dia menyebut bahwa pengendalian harga pangan dapat membuat laju inflasi kembali ke target pemerintah, yakni 3±1 persen.

"Kalau kita berhasil menjaga inflasi pangan sesuai dengan target pengendalian inflasi daerah [TPID], yaitu 5 persen, bobotnya pangan itu 16 persen, maka [inflasi] bisa turun ke kurang lebih 4 persen," ujar Aida di acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Sulampua, Senin (3/10/2022).

Inflasi di sisi permintaan tercatat baru 3,04 persen pada Agustus 2022, sehingga masih dalam target inflasi BI maupun pemerintah. Pergerakan inflasi di sisi permintaan sendiri menunjukkan pertumbuhan ekonomi, karena terjadi pertumbuhan permintaan dari masyarakat.

Aida menyebut bahwa tren kenaikan inflasi berpotensi masih akan berlanjut karena harga pangan dan energi cenderung bergerak naik. Di sisi lain, disrupsi pasokan juga terjadi, yang menambah risiko kenaikan harga.

"Sehingga risiko inflasi kita masih berada di atas 4 persen, pada 2022 dan 2023 ini masih tinggi," ujar Aida.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper