Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga The Fed Naik 75 Bps, Bos BI Beberkan Dampaknya ke Ekonomi RI

Kenaikan suku bunga the Fed secara agresif mendorong semakin kuatnya mata uang dolar Amerika Serikat terhadap mata uang di dunia.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers melalui video streaming di Jakarta, Kamis (2/4/2020). /Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers melalui video streaming di Jakarta, Kamis (2/4/2020). /Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Sentral Amerika Serikat, the Fed, kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada pertemuan FOMC bulan ini.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa kenaikan suku bunga yang agresif tersebut guna merespons tingkat inflasi yang tinggi di negara tersebut.

Tren yang sama juga terjadi di banyak negara, baik di negara maju maupun negara berkembang, sehingga mendorong bank sentral melanjutkan kebijakan moneter yang lebih ketat.

“Inflasi di negara maju maupun emerging markets meningkat tinggi, bahkan inflasi inti dalam tren meningkat, sehingga mendorong bank sentral di banyak negara melanjutkan kebijakan moneter agresif,” ,” katanya dalam siaran pers, Kamis (22/9/2022).

Kenaikan suku bunga the Fed secara agresif kata Perry mendorong semakin kuatnya mata uang dolar Amerika Serikat terhadap mata uang dunia dan semakin tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Kondisi ini, imbuhnya akan mengganggu aliran investasi portofolio, serta memberikan tekanan terhadap nilai tukar di negara berkembang, termasuk di Indonesia.

Sebagaimana diketahui, rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung 20-21 September 2022 memutuskan kenaikan kisaran suku bunga acuan Fed Fund Rate 75 basis poin menjadi 3–3,25 persen. Dengan keputusan ini, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan 75 basis pada pertemuan ketiga berturut-turut, sekaligus merupakan langkah pengetatan paling agresif sejak Paul Volcker memimpin The Fed pada awal 1980-an.

Sementara itu, median prospek kenaikan suku bunga oleh pejabat The Fed, atau yang disebut dot plot, menunjukkan suku bunga acuan naik menjadi 4,4 persen pada akhir tahun, naik dari proyeksi pada Juni sebesar 3,4 persen. Adapun proyeksi suku bunga untuk akhir tahun 2023 tetap pada 4,6 persen.

Dot plot pada akhir tahun 2024 naik menjadi 3,9 persen dari 3,4 persen, sedangkan prospek suku bunga acuan jangka panjang tetap pada 2,5 persen. Dalam pernyataan setelah keputusan suku bunga acuan, FOMC menekankan bahwa mereka sangat memperhatikan risiko inflasi.

Bank sentral juga menegaskan akan mengantisipasi bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target akan sesuai. “Kami berkomitmen kuat untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persen," demikian pernyataan FOMC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper