Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Naikkan Suku Bunga 75 Bps, Sri Mulyani: Predictable!

Menkeu Sri Mulyani buka suara soal keputusan The Fed naikkan suku bunga 75 Bps.
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Rabu (31/8/2022)./Bisnis-Wibi Pangestu Pratama
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Rabu (31/8/2022)./Bisnis-Wibi Pangestu Pratama

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai bahwa langkah The Fed menaikkan suku bunga 75 basis poin sesuai perkiraan, karena bank sentral Amerika Serikat akan fokus mengendalikan inflasinya yang masih tinggi.

Dia menjelaskan bahwa tingginya tingkat inflasi Amerika Serikat menyebabkan The Fed mengambil sikap untuk menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin menjadi 3—3,25 persen. Pasalnya, inflasi Agustus 2022 di sana sudah mencapai 8,3 persen.

"Kalau dari statement-nya sudah mengatakan bahwa mereka akan melakukan sampai inflasi bisa betul-betul terkendali, itu artinya ya 75 basis poin sudah predictable," ujar Sri Mulyani pada Kamis (22/9/2022).

Menurutnya, inflasi masih menjadi ancaman bagi Negeri Paman Sam, sehingga prioritas The Fed adalah untuk meredam inflasi sehingga tidak terjadi ekspektasi kenaikan harga yang terus berlanjut. Pemerintah pun sudah meyakini bahwa kenaikan suku bunga The Fed akan terjadi.

Dia menilai bahwa The Fed sudah memperhitungkan konsekuensi kenaikan suku bunga terhadap pelemahan ekonomi negaranya. Menurut Sri Mulyani, hal tersebut tercermin dari sikap tegas The Fed ketika menaikkan suku bunga dan menyampaikan berbagai proyeksi.

Suku bunga The Fed diyakini akan naik hingga 4 persen pada tahun depan. Hal itu mengindikasikan terdapat potensi kenaikan dalam beberapa rapat dewan gubernur ke depan.

"Artinya, ya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat tahun ini akhir sampai tahun depan mungkin akan mulai terlihat mengalami dampak dari kenaikan suku bunga tersebut," imbuhnnya.

Sri Mulyani menyebut bahwa tingginya laju inflasi dan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat akan memengaruhi proyeksi ekonomi dunia, karena posisinya sebagai kekuatan ekonomi terbesar. Kondisi itu pun dapat memengaruhi harga komoditas, sehingga Indonesia perlu mengambil langkah anitisipasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper