Bisnis.com, JAKARTA - PT MRT Jakarta memberi alasan penyebab bengkaknya biaya pembangunan fase 2A dari semula Rp22,6 triliun menjadi Rp25,3 triliun, salah satunya akibat krisis cip semikonduktor.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan MRT Jakarta Silvia Halim membenarkan adanya penambahan biaya tersebut akibat sejumlah alasan. Pertama estimasi biaya senilai Rp22,6 triliun dilakukan pada 2018 yang kala itu dalam tahap perencanaan jalur Bundaran HI hingga Kampung Badan.
Namun, saat ini, dengan estimasi senilai Rp25,3 trilun adalah yang terbaru dengan mengantisipasi perpindahan jalur dan paket kontrak 201 hingga CP203 sudah terkontrak hingga eskalasi harga pada 2025. Penghitungan terbaru ini juga sudah termasuk biaya kontingensi sebesar 10 persen.
Kedua, lanjutnya, sejak 2018 hingga kini juga telah terjadi kenaikan harga material hingga sebesar 50 persen. Dengan demikian, ada persoalan terkait dengan rantai pasok dan juga krisis semikonduktor atau cip yang cukup tinggi. Pasalnya, pembangunan MRT Jakarta membutuhkan teknologi tinggi dan otomatisasi dengan bahan yang memerlukan cip.
"Jadi kalau ada masalah semikonduktor ini kita berimbas ke pembiayaan dan waktu. Krisis ini bukan hanya mahal tetapi bikin cipnya butuh waktu lama semua rebutan dapet produk material ini berpengaruh," ujarnya, Selasa (20/9/2022).
Kendati ada pembengkakan biaya menjadi Rp25,3 triliun, angka ini barulah estimasi. Perseroan sedang mengupayakan manajemen, efisiensi, dan percepatan untuk kembali melihat harga akhir.
Baca Juga
Adapun progres pengerjaan fase 2 di segmen 1 sudah mencapai 34,58 persen, segmen 2 sudah mencapai 5,19 persen. Paket CP 201 yang sudah dimulai pada Februari 2022 sudah mencapai 43 persen. Kemudian paket CP202 baru saja mulai pada Juli 2022 mencapai 6,8 persen.