Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gawat! Kenaikan Suku Bunga The Fed Bakal Bikin Modal Asing Kabur dari Asia

Para investor asing mulai menarik diri dari pasar saham di negara-negara emerging market Asia kecuali China dalam empat pekan terakhir.
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan suku bunga agresif Federal Reserve pekan ini berpotensi ini mempercepat eksodus dana global dari pasar saham Asia yang telah goyah akibat dampak penguatan dolar AS.

Bahkan, para investor asing mulai menarik diri dari pasar saham di negara-negara emerging market Asia kecuali China selama empat pekan berturut-turut.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (20/9/2022), menurut data bursa terbaru, investor asing mencatatkan penjualan bersih atau net sell hingga US$423 juta sepanjang tahun 2022 hingga 16 September.

Arus keluar modal terpanjang sejak Juli telah mendorong mata uang regional ke posisi terendah dalam sejarah, sehingga menurunkan prospek saham.

"Risiko resesi dan pengetatan moneter yang parah di negara maju menghambat ekspektasi pendapatan Asia dan arus pasar negara berkembang tidak seperti sebelumnya," jelas Kepala penelitian ekuitas Asia Pasifik BNP Paribas SA Manishi Raychaudhuri dalam catatan 17 September.

Menurutnya, sampai ada hasil visibilitas tentang jalur kebijakan Fed, arus keluar modal asing dari negara-negara emerging market di Asia akan terus berlanjut.

Meskipun cadangan devisa negara berkembang di Asia dan manajemen kebijakan secara keseluruhan telah membaik dibandingkan selama taper tantrum tahun 2013, penguatan dolar AS yang memaksa pengetatan moneter di seluruh kawasan telah menahan dampak negatif yang besar terhadap pasar.

Seperti diketahui, arus keluar modal tahun ini telah mencapai sekitar US$64, lebih tinggi dari level sepanjang 2021. Bahkan, pasar saham Taiwan dan Korea Selatan yang sarat sektor teknologi telah terpukul keras dan mencatat kinerja terburuk di dunia tahun ini.

Pelaku pasar saat ini tengah menantikan keputusan suku bunga acuan dari The Fed dalam pertemuan kebijakan 20-21 September 2022 pekan ini. Investor memperkirakan bank sentral AS tersebut menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin.

Di sisi lain, pergerakan arus modal asing di tiap negara Asia cenderung variatif. Meskipun pasar Asia Utara mengalami pelemahan, arus keluar modal asing dari India telah berbalik, sedangkan pasar modal Indonesia mencatat arus masuk.

Indeks Nifty 50 India telah naik lebih dari 11 persen pada kuartal ini, sementara indeks di Thailand dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sekitar 4 persen. Berbeda dengan kenaikan 1 persen di bursa Korsel dan penurunan di Taiwan.

Saham-saham defensif kini cenderung menarik minat investor. Indeks saham utilitas menjadi sektor dengan kinerja terbaik di Asia kuartal ini. Indeks sektor ini melemah hanya 0,5 persen, jauh lebih rendah dibandingkan indeks MSCI Asia Pacific yang terkoreksi 5,5.

Manajer keuangan Janus Henderson Investors Sat Duhra mengatakan dirinya mengurangi eksposur saham sektor konsumer dan teknologi dalam portofolionya.

“Kami telah meningkatkan portofolio sektor defensif, terutama melalui perusahaan telekomunikasi karena ada catat pertumbuhan nyata di sana setelah bertahun-tahun investasi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper