Bisnis.com, JAKARTA — Beberapa pelaku pasar disebut telah memperkirakan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, akan menaikkan kembali suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) pada bulan ini. Artinya, suku bunga acuan The Fed akan berada di posisi 3,00 persen jika kabar pasar tersebut benar terjadi.
Dalam BCA Wealth Summit 2022, Kamis (8/9/2022), Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BBCA Haryanto Budiman mengatakan salah satu Bank Sentral di San Francisco melaporkan bahwa inflasi sebesar 9,1 persen di Amerika Serikat disebabkan oleh permintaan (36 persen), seiring dengan pelonggaran mobilitas. Kemudian sisanya (64 persen) disebabkan oleh faktor suplai.
Di Pelabuhan di Los Angeles terjadi penumpukan-penumpukan saat pandemi Covid-19. Barang dari luar negeri yang masuk ke Amerika Serikat pun tersendat. Padahal permintaan sudah mulai naik.
Gejolak geopolitik membuat harga minyak meningkat tajam. Hal-hal tersebut menjadi tantangan yang berat bagi bank sentral Amerika Serikat.
“Dan senjata Bank Sentral [The Fed] hanya satu yaitu menaikkan suku bunga. Jadi Maret naik 25 bps, Mei 50 Bps, Juni 75 Bps, Juli 75 Bps, Agustus tidak dinaikkan, dan nanti di September pada 21-22, menurut teman-teman di pasar kemungkinan 75 bps lagi dan sampai akhir tahun bisa bertambah 50 bps -75 bps lagi,” kata Haryanto.
Dia mengatakan kenaikkan suku bunga Amerika Serikat menjadi salah satu dari 8 disrupsi yang terjadi di dunia. Selain suku bunga, disrupsi lainnya disebabkan oleh Covid-19, kebangkitan China, usia demografi, kerusakan lingkungan, gerakan populis, teknologi, tensi geopolitik, dan kebijakan normalisasi.
Baca Juga
Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja meramalkan 2 tahun dari saat ini atau pada kuartal III/2024 suku bunga Amerika Serikat akan kembali turun.
Dia memprediksi hingga kuartal II/2023 kemungkinan Amerika Serikat terus bergelut dengan inflasi sampai 9,1 persen. Jika nanti Amerika Serikat sudah dapat menurunkan inflasi dan menjaga stabilitas, meskipun ada risiko stagflasi dan resesi yang bisa terjadi, suku bunga AS akan turun.
Jahja memperkirakan 2 tahun dari sekarang atau pada kuartal III/2024, suku bunga The Fed sudah turun lagi.