Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Tahun Politik, DPR Minta Sri Mulyani Lunasi Subsidi BBM

Banggar DPR meminta pemerintah untuk melunasi pembayaran subsidi energi pada tahun ini agar tidak terbawa ke 2023,
Tankapan layar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Tindak Lanjut Hasil Rakor Kemenko Perekonomian terkait Kebijakan Subsidi BBM, di Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat pada Jumat (26/8/2022). /Bisnis-Feni Freycinetia Fitrianirn
Tankapan layar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Tindak Lanjut Hasil Rakor Kemenko Perekonomian terkait Kebijakan Subsidi BBM, di Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat pada Jumat (26/8/2022). /Bisnis-Feni Freycinetia Fitrianirn

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat atau Banggar DPR meminta pemerintah untuk melunasi pembayaran subsidi energi pada tahun ini agar tidak terbawa ke 2023, yang notabene merupakan tahun politik.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Banggar DPR Said Abdullah dalam rapat kerja dengan pemerintah pada Selasa (30/8/2022) siang. Rapat itu dihadiri para anggota Banggar, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa.

Said menjelaskan bahwa pemerintah masih menganggarkan belanja subsidi energi Rp210,6 triliun pada tahun depan dan terdapat alokasi program pengelolaan belanja lainnya senilai Rp341,8 triliun, yang salah satunya untuk menutup biaya kompensasi energi. Menurut Said, hal tersebut menunjukkan reformasi belanja subsidi sejak 2022 belum terlihat dampaknya.

Banggar pun meminta pemerintah untuk menyelesaikan pembayaran subsidi BBM tahun ini dengan baik, sehingga tidak terdapat pembayaran yang molor ke tahun depan. Pasalnya, menurut Said, 2023 merupakan tahun politik sehingga kebutuhan anggaran untuk berbagai keperluan akan cukup signifikan.

"Apalagi tahun 2023 memasuki tahun politik, sehingga berbagai perubahan atas kebijakan hajat hidup orang banyak teramat sensitif. Hal ini akan memengaruhi ruang gerak pemerintah sangat terbatas," ujar Said pada Selasa (30/8/2022).

Sebelumnya, Sri Mulyani menyebut bahwa alokasi anggaran subsidi dan kompensasi energi 2022 senilai Rp502 triliun akan segera habis. Penyebabnya, tingkat konsumsi BBM sangat tinggi di tengah harga minyak global yang mahal dan nilai tukar rupiah yang lemah, sehingga subsidi BBM 'jebol'.

Dia menilai bahwa kebutuhan subsidi energi akan bertambah Rp198 triliun, sehingga jumlahnya bisa mencapai Rp700 triliun. Namun, tambahan subsidi itu berpotensi ditanggung oleh APBN 2023.

Sri Mulyani sendiri sebelumnya menyebutkan ruang kenaikan subsidi jika tidak dianggarkan pada 2022, maka akan dibayarkan pada  2023 mendatang. Akibatnya, tidak saja persoalan tahun politik, pemerintah sendiri telah ditenggat untuk menyehatkan APBN dan mengembalikan defisit kembali ke level 3 persen dari PDB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper