Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh! Ekspor Migas dan Industri Pengolahan RI Turun pada Juli 2022

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor migas dan industri pengolahan Indonesia turun. Apa penyebabnya?
Fasilitas produksi dan penyimpanan terapung (Floating Production Storage and Offloading/FPSO) Belanak di South Natuna Sea Block B yang dikelola Medco E&P Natuna (MEPN). Istimewa/SKK Migas.
Fasilitas produksi dan penyimpanan terapung (Floating Production Storage and Offloading/FPSO) Belanak di South Natuna Sea Block B yang dikelola Medco E&P Natuna (MEPN). Istimewa/SKK Migas.

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekspor minyak dan gas (migas) Indonesia pada Juli senilai US$1,38 miliar atau turun 11,24 persen. Begitu pun dengan industri pengolahan yang turun sebesar 4,45 persen dibanding Juni 2022 atau nilainya sebesar US$17,44 miliar.

Namun, untuk pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami peningkatan sebesar 4,27 persen dengan nilai US$0,38 miliar.

“Pertambangan dan lainnya, masih mengalami peningkatan dibanding bulan lalu yaitu meningkat 6,61 persen dengan nilai US$6,37 miliar. Jadi migas dan industri pengolahan mengalami penurunan,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa (Disjas) BPS, Setianto, Senin (15/8/2022).

Dia menambahkan bahwa nilai ekspor pada Juli 2022 turun sebesar 2,20 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Secara nilai pada Juli ini ekspor Indonesia sebesar US$25,57 miliar. Pada bulan Juni 2022 nilai ekspor US$26,15 miliar.

Setianto merinci turunnya ekspor nonmigas pada Juli 2022 terhadap Juni ini karena komoditas besi dan baja (HS72) sebesar 11,51 persen penurunannya.

“Kedua, timah dan barang daripadanya (HS 80) ini 54,02 persen, nikel dan barang daripadanya (HS 75) penurunannya 15,53 persen,” ujar Setianto dalam keterangan persnya, Senin (15/8/2022).

Dia menambahkan penurunan juga terjadi pada kapal perahu dan struktur terapung (HS 89) yakni sebesar 82,30 persen. Kemudian penurunan ekspor migas sendiri dikarenakan nilai minyak mentah yang turun sebesar 60,06 persen dan volume turun 60,82 persen.

“Perkembangan mtm dan year on year terkait perkembangan ekspor kita. Ini memang dikarenakan oleh secara presentase turunnya komoditas migas yang sebesar 11,24 persen. Non migas turun sebesar 1,64 persen,” ujar Setianto.

Adapun perkembangan ekspor dibanding tahun lalu, Setianto mencatat nilainya sebesar US$19,37 miliar atau meningkat sebesar 32,03 persen.

“Secara mtm memang turun tapi secara yoy mengalami peningkatan,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper