Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2022 mengalami surplus US$4,2 miliar.
Surplus ini jauh lebih rendah dari surplus bulanan pada Juni 2022, sebesar US$5,09 miliar. Realisasi ini merupakan surplus neraca dagang beruntun dalam 27 bulan terakhir.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan nilai ekspor Indonesia Juli 2022 mencapai US$25,5 miliar atau turun 2,2 persen dibanding ekspor Juni 2022 (month-to-month/mtm). Jika dilihat secara tahunan, angka ekspor pada Juli 2022 mengalami kenaikan 32 persen dari Juni 2021 (yoy).
Ekspor nonmigas pada Juli 2022 terhadap Juni 2022 (mtm) tercatat anjlok 11,24 persen. Sementara itu, ekspor nonmigas turun tipis 1,64 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Adapun, penurunan terbesar ekspor nonmigas Juli 2022 terhadap Juni 2022 (yoy) terjadi pada komoditas besi dan baja sebesar US$257,4 juta atau 11,51 persen.
Dia mengatakan ekspor nonmigas Juli 2022 terbesar adalah ke China sebesar US$5,03 miliar, disusul Amerika Serikat (AS) US$2,51 miliar dan India US$2,26 miliar.
"Dengan kontribusi ekspor dari ketiga negara mencapai 40,50 persen," ujar Setianto.
Dia menyampaikan nilai impor Indonesia pada Juli 2022 tercatat US$21,3 miliar atau naik tipis 1,64 persen dibandingkan Juni 2022 (mtm) sebesar US$21 miliar.
Jika dibandingkan pada Juli 2021 (yoy), nilai impor pada Juli 2022 melonjak 39,8 persen dari yang sebelumnya mencapai US$15,2 miliar.
"Apabila irinci migas dan non migas [yoy], migas peningkatan cukup tajam 148,3 persen dan nonmigas naik 25,4 persen." katanya.
Setianto mengatakan impor barang konsumsi tercatat US$1,65 miliar atau turun 2,88 persen dibandingkan bulan lalu (mtm). Adapun, impor bahan baku penolong pada Juli 2022 tercatat US$16,7 miliar atau naik 2,9 persen (mtm), impor barang modal US$3 miliar atau turun 2,56 persen (mtm).
"Secara total, impor Indonesia pada Juli 2022 dibandingkan Juni 2022 tercatat US$21,3 miliar atau naik 1,64 persen," imbuhnya.