Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Semua Pihak Harus Jeli Menilai Isu Banjir TKA China

Semua pihak perlu mencermati agar isu Tenaga Kerja Asing atau TKA yang berasal dari China tak menjadi bola liar.
Ratusan tenaga kerja asing (TKA) dan tenaga kerja lokal berkumpul pada jam istirahat di perusahaan tambang PT Virtue Dragon Nickel Industri di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Minggu (15/12/2019)./Antara
Ratusan tenaga kerja asing (TKA) dan tenaga kerja lokal berkumpul pada jam istirahat di perusahaan tambang PT Virtue Dragon Nickel Industri di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Minggu (15/12/2019)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA- Masuknya para Tenaga Kerja Asing atau TKA asal China hendaknya bisa ditinjau dari sisi histori dan kondisi actual terkini. Persoalannya, persepsi yang keburu negatif seiring derasnya TKA asal China harus dicermati agar tak memicu konflik sosial.

Hal tersebut merupakan kesimpulan dari diskusi daring “Migrasi Pekerja China ke Indonesia: Dampak dan Persepsi” yang dihelat Forum Sinologi Indonesia (FSI) akhir pekan lalu. Terdapat banyak hal yang mesti dicermati atas bergulirnya isu banjir TKA asal China tersebut.

Johanes Herlijanto, Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI) dalam seminar daring mengungkapkan Seminar juga menghadirkan Ketua Mahkamah Partai Buruh Riden Hatam Aziz, dan Staf Ahli Bidang Investasi, Fiskal, dan Stabilitas Ekonomi Gubernur Sulawesi Tengah Andhika. Moderator dalam acara tersebut adalah Isyana Adriani, Dosen Jurusan Hubungan Internasional pada President University, Cikarang.

Delam seminar tersebut, Johanes menjelaskan kehadiran orang China daratan ke Indonesia pasca kemerdekaan telah terjadi dalam beberapa gelombang. Dalam kajian migrasi baru, ungkapnya, gelombang TKA kembali berlangsung sejak 1980-an.

Gelombang migrasi baru tersebut berbeda dengan gelombang migrasi lama yang meninggalkan Tiongkok sejak sekitar abad ke-17 hingga awal abad ke-20. Menurut pemerhati Tiongkok dari Universitas Pelita Harapan itu, sebagian besar dari migran lama itu telah membentuk budaya yang sarat dengan kekhasan lokal.

Selanjutnya, TKA dari Tiongkok kembali mengalir ke Indonesia pada dekade 1990-an tetapi tidak signifikan. Sedangkan dalam satu dasawarsa terakhir, para migran baru asal Tiongkok berdatangan ke Indonesia untuk bekerja dalam berbagai proyek industri, infrastruktur, dan pertambangan yang didanai dengan dana investasi Tiongkok.

“Persepsi untuk orang China yang sebenarnya datang untuk bekerja pada gelombang sebelumnya, apalagi pada abad-abad lampau masih cenderung positif.  Namun sejak sekitar 7 tahun lalu, seiring dengan meningkatnya jumlah TKA asal Tiongkok tersebut, isu terkait TKA Tiongkok cenderung didominasi oleh persepsi negatif,” ungkap Johannes, dikutip pada Senin (8/8/2022).

Dalam pandangan Johanes, selain disebabkan oleh dinamika politik internal, merebaknya persepsi negatif tersebut juga terkait dengan prilaku para TKA tersebut dan sikap Tiongkok sendiri. Para TKA asal Tiongkok cenderung kurang memahami aturan main dalam masyarakat Indonesia, dan kurang dibekali dengan sensitivitas budaya dari masyarakat lokal.

“Misalnya, beberapa dari mereka mengenakan pakaian yang mirip dengan seragam militer, atau melakukan pekerjaan ilegal di wilayah terlarang, seperti yang terjadi di Pangkalan Angkatan Udara Halim beberapa waktu lalu,” tuturnya.

 

Selain itu, berdasarkan sebuah penelitian, didapati bahwa tak sedikit dari mereka yang datang dengan menggunakan izin masuk yang tak sesuai. Bahkan terdapat pula kasus-kasus di mana migran dari Tiongkok itu datang tanpa visa yang pas dan merebut peluang bekerja dari warga lokal, salah satunya pada sektor pertambangan.

Pada sisi lain, transfer teknologi dari Tiongkok ke Indonesia masih belum terasa efeknya. Padahal transfer teknologi ini keinginan dari pemerintah Indonesia yang sudah disetujui dan dijanjikan oleh Tiongkok. 

Munculnya isu-isu tersebut berdampak bagi upaya pemerintah Indonesia dalam mengimplementasikan kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur yang menjadikan investasi dari Tiongkok sebagai salah satu dari sumber pendanaannya.

“Kebijakan itu sejatinya sudah pas dan diyakini akan berdampak positif bagi masyarakat Indonesia, tetapi dalam pelaksanaannya mendapat gangguan oleh munculnya isu-isu di atas,” papar Johanes.

Sementara itu, Perwakilan Partai Buruh Riden Hatam Aziz yang juga menghadiri diskusi, menekankan tidak terjadinya transfer teknologi dalam kasus hadirnya investasi dan TKA Tiongkok di Indonesia.

“Berdasarkan laporan dari para pekerja Indonesia, tak sedikit TKA Tiongkok yang datang merupakan buruh kasar dan bukan pekerja dengan keahlian khusus. Bahkan ada kasus di mana para TKA malah diajari oleh pekerja Indonesia,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper