Bisnis.com, JAKARTA- Pelaku industri manufaktur Tanah Air harus mengambil langkah diversifikasi untuk mengantisipasi dampak perubahan geopolitik global serta ancaman resesi Amerika Serikat (AS).
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai diversifikasi perlu dilakukan mengingat ketidakstabilan politik dan ekonomi global disusul dengan pengetatan sejumlah kebijakan internasional oleh beberapa negara.
"Sehingga mempersulit rantai pasok bahan baku maupun bahan setengah jadi ke negara-negara berkembang yang membutuhkan," jelas Bhima dalam acara "Mid-Year Economic Outlook 2022" yang diselenggarakan Bisnis Indonesia, Selasa (2/8/2022).
Baca Juga
Menurut Bhima, pelaku industri manufaktur nasional bisa melakukan diversifikasi, baik itu negara tujuan maupun komoditas ekspor yang menjadi prioritas.
Bhima memaparkan sejumlah komoditas di industri manufaktur yang potensial di antaranya adalah perhiasan dengan potensi pasar ekspor mencapai US$720 juta.
Selain perhiasan, potensi pasar ekspor produk kelistrikan seperti smart cards dan lampu LED Indonesia diproyeksikan mencapai US$795 juta.