Bisnis.com, JAKARTA – Industri manufaktur berhasil lolos dari tekanan geopolitik global di tengah pemulihan pascapandemi pada semester I/2022. Tetapi, butuh strategi yang tak kalah jitu yang harus disiapkan untuk paruh kedua 2022.
Badan Pusat Statistik mencatat seluruh sektor di industri manufaktur mencatatkan kinerja positif sepanjang semester I/2022. Manufaktur perkapalan menjadi sektor dengan kinerja paling impresif.
Nilai ekspor sektor tersebut pada paruh pertama 2022 tumbuh pesat hingga 1.209,76 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dengan nilai US$590 juta.
Di belakangnya, menyusul industri bahan kimia anorganik dengan pertumbuhan mencapai 117,1 persen year on year (yoy). Nilai ekspor sektor itu pada semester I/2022 mencapai US$1,44 miliar.
Di peringkat berikutnya, terdapat industri besi dan baja yang mengalami pertumbuhan nilai ekspor sebesar 64,88 persen yoy. Nilai ekspor besi dan baja RI pada semester I/2022 mencapai US$14,48 miliar.
Sementara dari industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang menunjukkan kinerja paling impresif pada Juni 2022, ada sektor alas kaki yang ekspornya tumbuh 38,48 persen dengan nilai US$3,95 miliar.
Pemerintah pun sudah mengambil ancang-ancang untuk mempertahankan kinerja sektor manufaktur dari dampak situasi geopolitik global.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier mengakui mau tidak mau harus ada respons dari kebijakan dalam negeri terhadap perubahan geopolitik global akibat perang Rusia-Ukraina tersebut.
"Ada policy yang harus dikoreksi, ada policy yang sudah comply terhadap perubahan tersebut, ada juga policy baru yang harus diinisiasi," ujar Taufiek dalam acara Mid-Year Economic Outlook 2022 yang diselenggarakan Bisnis Indonesia, Selasa (2/8/2022).
Dia menyontohkan, kebijakan stimulus pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) merupakan salah satu pendekatan regu Latif pemerintah yang efektif mempertahankan kinerja ciamik sektor manufaktur.
Dengan pelbagai perubahan regulasi, sambungnya, pemerintah optimistis industri manufaktur nasional tetap mengalami pertumbuhan pada paruh kedua tahun ini, meskipun sedang terjadi inflasi.