Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi AS Makin Ngeri, Ini Dampaknya ke Ekonomi Indonesia

Ekonom ungkap dampak inflasi Amerika Serikat (AS) yang semakin mengerikan ke ekonomi Indonesia.
Warga melewati bagian depan salah satu toko Apple di New York, Amerika Serikat. Inflasi AS pada Juni 2022 meroket menjadi 9,1 persen/The Verge
Warga melewati bagian depan salah satu toko Apple di New York, Amerika Serikat. Inflasi AS pada Juni 2022 meroket menjadi 9,1 persen/The Verge

Bisnis.com, JAKARTA — Laju inflasi di Amerika Serikat (AS) pada Juni 2022 tercatat pada level 9,1 persen secara tahunan, lebih tinggi dari perkiraan konsensus sebesar 8,8 persen.

Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan lonjakan inflasi yang masih berlangsung di AS tersebut menaikkan ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed bulan ini hingga 100 basis poin, dari sebelumnya 75 basis poin.

“Pasar juga memperkirakan puncak siklus kenaikan suku bunga The Fed akan terjadi November 2022 dari sebelumnya Februari 2023, berdasarkan Fedwatch CME Group,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (14/7/2022).

Menurutnya, dengan perkembangan ekonomi tersebut, resesi di AS diperkirakan berlangsung lebih cepat, yaitu pada kuartal II/2022.

Lionel menyampaikan imbal hasil US Treasury 10 tahun tadi malam hanya turun tipis hampir 4 basis poin menjadi 2,93 persen. Investor di AS diperkirakan telah mengalihkan strategi investasi mereka dari shorting saham menjadi shorting komoditas dan membeli obligasi.

Sementara itu, aksi jual saham oleh investor masih terus dilakukan di negara berkembang, tak terkecuali di Indonesia. 

“Kami memperkirakan pergerakan pasar negara berkembang dan Asia Tenggara akan tertinggal dari pasar AS setidaknya selama 1 kuartal,” jelasnya.

Di pasar dalam negeri, Lionel mengatakan obligasi masih menguat pada Rabu (13/7/2022), sementara saham berlanjut melemah.

Dia memperkirakan pasar Indonesia saat ini akan menghadapi kenaikan suku bunga BI yang lebih tinggi. yaitu sebesar 50 basis poin di bulan ini.

"Jika BI tidak mengambil respons yang cepat, nilai tukar rupiah akan berlanjut melemah dan berpotensi mencapai level Rp15.500 per dolar AS," imbuhnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper