Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasca Merger, Pelindo Prioritaskan Standarisasi Layanan Terminal Peti Kemas

Terminal peti kemas yang berada di wilayah Indonesia timur tak luput dari proses transformasi tersebut. Beberapa terminal peti kemas di wilayah timur yang saat ini menjadi perhatian utama adalah TPK Sorong dan TPK Jayapura.
Pelindo 4 memiliki wilayah operasional di kawasan timur Indonesia, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tengggara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat, dan terdiri dari 24 pelabuhan cabang, 1 UPK (Unit Pelaksana Kepelabuhanan), 2 anak perusahaan, 1 afiliasi dan 1 cucu perusahaan. /Pelindo IV
Pelindo 4 memiliki wilayah operasional di kawasan timur Indonesia, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tengggara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat, dan terdiri dari 24 pelabuhan cabang, 1 UPK (Unit Pelaksana Kepelabuhanan), 2 anak perusahaan, 1 afiliasi dan 1 cucu perusahaan. /Pelindo IV

Bisnis.com, JAKARTA – PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) memprioritaskan Standar pelayanan di area terminal peti kemas untuk memperbaiki kinerja layanan yang optimal dan efisien.

Corporate Secretary SPTP Widyaswendra mengatakan untuk menindaklanjutinya telah dilakukan transformasi bisnis yang telah menjangkau 27 terminal peti kemas di bawah pengelolaan perseroan.

Terminal peti kemas yang berada di wilayah Indonesia timur tak luput dari proses transformasi tersebut. Beberapa terminal peti kemas di wilayah timur yang saat ini menjadi perhatian utama adalah TPK Sorong dan TPK Jayapura.

“Ini dilakukan supaya seluruh terminal peti kemas nanti akan memiliki standar pelayanan yang sama sesuai dengan kelas masing-masing, ini memudahkan kontrol dan monitoring baik bagi kami selaku operator maupun perusahaan pelayaran sebagai pengguna jasa layanan kami,” ujarnya melalui keterangan resmi, Rabu (26/6/2022).

Salah satu upaya SPTP untuk memberikan standar layanan yang sama adalah dengan pemenuhan kebutuhan minimal fasilitas dan peralatan pada terminal peti kemas. Untuk percepatan, perseroan melakukan pemindahan sejumlah peralatan bongkar muat peti kemas dari satu terminal ke terminal yang lain.

Seperti pemindahan 1 unit quay container crane (QCC) yang merupakan alat bongkar muat peti kemas di dermaga dari Pelabuhan Ternate ke TPK Kaltim Kariangau Terminal dan 2 unit QCC dari Jakarta International Container Terminal (JICT) ke TPK MNP. Pemindahan alat lainnya yaitu 2 unit rubber tyred gantry (RTG) yang merupakan alat bongkar muat peti kemas di lapangan penumpukan dari TPK MNP ke TPK Kaltim Kariangau Terminal.

“Selain pemenuhan peralatan, kami juga melakukan standardisasi sistem yang ada di terminal, sehingga seluruh terminal nantinya akan terintegrasi dengan satu sistem yang sama,” lanjutnya.

General Manager Operasional PT Temas Shipping Iwan Hernawan mengatakan standardisasi pelayanan di terminal peti kemas menjadi hal utama yang dinantikan oleh sejumlah perusahaan pelayaran. Pihaknya menyebut pengelolaan terminal peti kemas sebelum merger memiliki perbedaan standar pelayanan di masing-masing terminal.

Pengelolaan seluruh terminal peti kemas oleh SPTP diharapkan dapat mewujudkan harapan para perusahaan pelayaran melalui standar layanan yang sama di seluruh terminal peti kemas.

Dia menegaskan bahwa terminal peti kemas di wilayah barat, tengah, dan timur seharusnya memiliki standar layanan yang sama, baik itu dari sisi peralatan, kecepatan bongkar muat, tarif, hingga layanan pelanggan,

Transformasi terminal peti kemas oleh SPTP sudah dirasakan oleh pengguna jasa di TPK Belawan, Sumatera Utara. General Manager PT Tanto Intim Line Bustanul Arifin Siregar mengatakan kinerja bongkar muat di TPK Belawan mengalami peningkatan hingga rata-rata mencapai 45 BSH (bongkar muat peti kemas pada 1 kapal dalam 1 jam). Pihaknya menyebut dalam 1 bulan perusahaan pelayaran PT Tanto Intim Line memiliki 11 jadwal kedatangan kapal dengan rata-rata bongkar muat sebanyak 1.300-1.600 TEUs.

Dia menilai dengan peningkatan kinerja bongkar muat tersebut waktu sandar kapal (port stay) menjadi lebih cepat, sehingga bisa segera berangkat untuk menuju ke pelabuhan selanjutnya. Dia meminta agar kinerja ini bisa tetap terjaga dan dapat ditingkatkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper