Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Integrasi Antarmoda, Genjot Penumpang Transportasi Publik?

Data Kementerian Perhubungan memaparkan pada 2020 mencatat saat ini baru 25 persen masyarakat di Jakarta yang menggunakan transportasi umum.
Sejumlah penumpang kereta rel listrik (KRL) berada di stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (20/6/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Sejumlah penumpang kereta rel listrik (KRL) berada di stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (20/6/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Bertambahnya kepemilikan kendaraan pribadi di Jakarta sudah menjadi biang keladi kemacetan di Ibu Kota. Integrasi antarmoda menjadi salah satu program yang digadang-gadang bisa ikut meningkatkan pengguna transportasi publik supaya beralih dari kendaraan pribadi.

Data Kementerian Perhubungan memaparkan pada 2020 mencatat saat ini baru 25 persen masyarakat di Jakarta yang menggunakan transportasi umum.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meyakini bahwa konektivitas antarmoda serta kehadiran titik-titik transit oriented development (TOD) berperan kunci dalam mendorong penggunaan transportasi umum oleh masyarakat.

“Kami memerlukan dan mengapresiasi sinergi dan komitmen yang dijalankan oleh Badan Usaha Milik Negara [BUMN] dan swasta melalui inovasi-inovasi layanan yang hadir di transportasi publik,” ujarnya baru-baru ini.

Selain Menhub, Wakil Menteri BUMN 2 Kartika Wirjoatmodjo juga menginginkan kolaborasi secara strategis di antara BUMN untuk meningkatkan standar pelayanan publik. Tiko, sapaan akrabnya menjelaskan, di sektor transportasi, kehadiran kolaborasi makin melengkapi layanan transportasi publik yang disediakan oleh BUMN. Apalagi, elemen konektivitas dan integrasi bersifat krusial dalam menciptakan transportasi yang berkualitas.

Kementerian Perhubungan melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) telah berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan telah mencoba mengawinkan Program Jalan Hijau dengan Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Menilik dari laporan Kemenhub, kendaraan angkutan umum pernah melegenda di Tanah Air. Angkutan kereta api, bus kota, mini bus hingga oplet pernah merajai jalanan di semua ruas jalan kota besar Indonesia. Mau ke mana pun, ke pasar, ke sekolah, ke tempat kerja, bertandang ke sanak saudara hingga mudik lebaran, angkutan umum menjadi pilihannya. Maka tidak heran jika terminal-terminal bus dan angkutan kota termasuk wilayah yang padat lalu lintasnya.

Era penggunaan transportasi umum mulai bergeser ketika kepemilikan kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua bertambah luar biasa setiap tahunnya. Demikian juga dengan jaringan jalan yang kian mulus serta bahan bakar minyak (BBM) yang terjangkau harganya karena kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Sejumlah program juga telah digulirkan. Contohnya adalah Program Buy The Service (BTS) Teman Bus. Program ini diharapkan dapat membangkitkan gairah daerah-daerah untuk meningkatkan sektor transportasinya, khususnya mengajak masyarakat untuk kembali menggunakan angkutan umum untuk bertransportasi dalam kegiatan kesehariannya.

Program BTS Teman Bus sebelumnya merupakan strategi pull dari pemerintah pusat dengan memberikan subsidi operasional 100 persen bagi daerah. Sementara strategi push diharapkan di masing-masing daerah dengan meningkatkan minat masyarakat dalam menggunakan transportasi umum. Meski BTS Teman Bus di waktu-waktu kemudian harus berbayar, tetapi diharapkan kenyamanan dan keamanan bertransportasi dapat diandalkan, biaya transportasinya pun terhitung lebih hemat jika dibandingkan menggunakan kendaraan sendiri.

Integrasi Antarmoda, Genjot Penumpang Transportasi Publik?

Bus Metrotrans melintas di kawasan Halte Jakartas International Stadium (JIS), Jakarta, Selasa (1/3/2022). PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) menguji coba layanan non-bus rapid transit (non-BRT) rute 14 Jakarta International Stadium (JIS)-Senen setiap hari mulai pukul 05.00-21.30 WIB dengan headway 10 menit di jam sibuk dan 20 menit di luar jam sibuk. - Antara

Beberapa negara maju barangkali dapat dijadikan contoh pengembangan transportasi umum yang diminati oleh masyarakatnya. Mayoritas penduduknya menggunakan transportasi umum untuk bepergian ke berbagai tujuan. Transportasi umum di beberapa negara maju tersebut sangat populer karena biaya/ongkosnya murah, lebih cepat sampai karena memiliki akses jalan khusus, dan memiliki jangkauan luas ke pelosok kota.

Belum lagi jaringan kereta api dan jaringan jalan yang terintegrasi dengan baik yang terhubung dengan moda-moda lainnya ke berbagai kota. Jaringan moda transportasi bus dan trem yang menghubungan penduduk dari pinggiran kota menuju pusat kota atau sebaliknya, sehingga dapat menekan tingkat kemacetan yang biasa terjadi di jam-jam tertentu di kota-kota negara tersebut.

Meningkatkan Kinerja Transportasi Massal

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kemenhub Rizal Wasal saat ini telah terjadi integrasi antarmoda dari kereta api ke darat baik melalui ojek daring maupun Bus Rapid Transit (BRT). Artinya, ada kehadiran feeder atau pengumpan. Melihat adanya minat dari masyarakat untuk bertransportasi umum tentunya juga harus dibarengi dengan program kebijakan. Terkait hal ini, kebijakan pemerintah adalah menyiapkan angkutan massal terkoneksi dan terintegrasi hampir di setiap simpul yang ada inter dan antarmoda.

“Kami punya program ke depan 75 persen masyarakat menggunakan angkutan umum apalagi di Jabodetabek banyak angkutan umum massal yang disiapkan. Mulai dari MRT, LRT, KRL, plus BRT,” jelasnya.

Upaya untuk mengajak masyarakat menggunakan angkutan umum memang harus dilakukan dengan meningkatkan kinerja transportasi massal di Indonesia agar mudah digunakan, diminati, dan nyaman.

Langkah-langkah sosialisasi untuk kembali menggunakan angkutan umum bisa digalakkan dengan membuat kartu berlangganan bagi para pelajar dan mahasiswa, program tiket berlangganan bagi ASN, serta bentuk sosialisasi lainnya, perbaikan fasilitas Ramp untuk pejalan kaki di stasiun-stasiun KA, hingga menerbitkan aturan memperbolehkan penumpang transportasi publik membawa sepeda lipat maupun non lipat.

Kemenhub juga bisa bersama dengan Pemda berupaya mewujudkan integrasi antarmoda, rerouting trayek angkot dan Bus Rapid Transit (BRT), pembangunan fasilitas halte bus di dekat stasiun kereta, serta memberikan keamanan dan kenyamanan kepada pengguna angkutan umum agar dapat menikmati beragam manfaat yang diberikan.

Upaya paling mudah dilakukan juga dimulai dari angkutan massal yang paling populer bagi kaum urban yakni Commuter Line atau KRL. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memasang target yang tidak main-main untuk kapasitas pelayanan KRL Jabodetabek. Budi meyakini dengan perbaikan layanan secara terus menerus, pengguna harian KRL Jabodetabek bisa mencapai 2 juta per hari.

Budi mengapresiasi adanya sejumlah upaya peningkatan pelayanan yang dilakukan pengelola. Di antaranya dengan membangun Double-Double Track (DDT), mempersingkat waktu tunggu kedatangan antar-kereta alias headway menjadi 3 menit, serta merevitaliasi stasiun.

“Saat ini, pengguna kereta listrik Jabodetabek sudah 1,2 juta penumpang per hari. Ke depan akan terus kita tingkatkan hingga 2 juta penumpang per hari. Insya Allah dalam 2-3 tahun ini bisa kita lakukan,” ujarnya.

Mewujudkan integrasi antarmoda dan berpindahnya masyarakat ke transportasi umum tersebut tentunya juga harus dibarengi dengan pembangunan jaringan angkutan massal yang terus berkelanjutan. Proyek–proyek terbaru seperti MRT dan LRT tak boleh hanya berhenti di tahap pertama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper