Bisnis.com, JAKARTA – Krisis energi di Eropa mengalami eskalasi karena dipicu oleh perang Rusia-Ukraina, yang telah berkecamuk selama kurang lebih 4 bulan lamanya.
Sebelumnya Eropa sudah bergulat dengan krisis energi di tengah upaya bertransisi menuju energi terbarukan, sejalan juga dengan aktivitas masyarakat yang kembali normal pascapandemi.
Krisis tersebut diperburuk setelah Rusia memutuskan untuk memotong pasokan energi gas ke sejumlah negara di Eropa sebagai pembalasan atas berbagai sanksi yang dijatuhkan kepadanya.
Oleh sebab itu, saat ini beberapa negara Eropa justru putar balik menggunakan energi seperti batu bara setelah pasokan gas semakin terbatas.
Dikutip dari Financial Times, Rabu (22/6/2022), International Energy Agency (IEA) telah mengingatkan Eropa untuk bersiap menghadapi putusnya pasokan gas dari Rusia secara keseluruhan jelang musim dingin tahun ini. Beberapa saran yang diberikan yakni untuk memotong permintaan energi dan tetap membuka pusat energi nuklir.
Kepala IEA Fatih Birol mengatakan keputusan Rusia untuk mengurangi pasokan gas pada negara-negara tetangganya beberapa minggu belakangan ini, diprediksi untuk berlanjut ke depannya. Hal itu dinilai menguntungkan pihak Rusia di tengah perang yang berkecamuk.
"Eropa harus siap jika Rusia memotong pasokan gas sepenuhnya," kata Birol kepada Financial Times, dilansir Rabu (22/6/2022).