Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto akan menyampaikan pidato kenegaraan di Sidang Tahunan MPR pada Jumat (15/8/2025) pagi, diikuti dengan penyampaian Nota Keuangan RAPBN 2026 pada sore harinya.
Adapun fokus penyampaian Nota Keuangan RAPBN 2026 diperkirakan terfokus pada indikator keuangan dan asumsi dasar ekonomi makro 2026 yang telah disepakati pemerintah bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI sebelumnya.
Ketua Banggar DPR Said Abdullah memberikan kisi-kisi mengenai kisaran target dalam postur RAPBN 2026.
Said menjelaskan, berdasarkan pembahasan awal bersama pemerintah pada Juli 2025, pendapatan negara diperkirakan berada di kisaran Rp3.094–Rp3.114 triliun, sedangkan belanja negara Rp3.800–Rp3.820 triliun. Defisit anggaran diproyeksikan sebesar 2,53% terhadap PDB atau sekitar Rp706 triliun.
Postur tersebut lebih tinggi dibanding prognosis APBN 2025, yang diperkirakan mencatat pendapatan negara Rp2.865,5 triliun dan belanja negara Rp3.527,5 triliun dengan defisit Rp662 triliun (2,78% PDB).
“Target pendapatan dan belanja negara pada RAPBN 2026 yang meningkat sangat menantang bagi pemerintah. Apalagi dunia usaha di seluruh dunia harus mulai menyesuaikan dengan kebijakan tarif Presiden Trump dan konflik geopolitik tak kunjung lerai,” ujar Said dalam keterangannya, Senin (11/8/2025).
Baca Juga
Menurutnya, tantangan di dalam negeri mencakup pemulihan daya beli masyarakat yang belum optimal, hilangnya setoran dividen BUMN sekitar Rp80 triliun pascarevisi UU BUMN, hingga kebutuhan menjaga momentum ekspor. Said menekankan perlunya pemerintah dan pelaku usaha mencari pasar nontradisional untuk mengurangi ketergantungan pada negara tujuan ekspor utama.
RAPBN 2026 juga disebut menjadi momentum penting untuk menjalankan program strategis seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Koperasi Desa dan Kelurahan (Kopdeskel), Sekolah Rakyat, hingga pemeriksaan kesehatan gratis.
“Secara teknis, program ini tidak mudah, tetapi keberhasilannya bisa menjadi game changer bagi peningkatan kualitas SDM generasi mendatang. Saat ini, 54% angkatan kerja kita hanya lulusan SMP ke bawah,” ujar Said.
Asumsi Makro RAPBN 2026
Dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) RAPBN 2026, sejumlah indikator mengalami perubahan dibandingkan asumsi makro dalam APBN 2025.
Target pertumbuhan ekonomi, misalnya, telah disepakati sebesar 5,2%-5,6% pada 2026. Angka tersebut lebih besar dibandingkan target dalam APBN 2025 sebesar 5,2%. Adapun target inflasi berkisar antara 1,5%-3,5%.
Sementara itu, asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipatok pada kisaran Rp16.500-Rp16.900 per dolar AS, jauh lebih rendah dibandingkan target dalam APBN 2025 sebesar Rp16.000 per dolar AS.
Berikut kisaran angka asumsi makro dan postur fiskal RAPBN 2026
Asumsi Dasar Ekonomi Makro
Indikator |
2025* |
2026** |
Pertumbuhan Ekonomi |
5,2 |
5,2-5,6 |
Inflasi (%) |
2,5 |
1.5-3,5 |
Nilai Tukar (Rp/USD) |
16.000 |
16.500-16.900 |
Suku Bunga SBN |
7,0 |
6,6-7,2 |
ICP |
82 |
60-80 |
Lifting minyak mentah (rbph) |
605 |
605 - 620 |
Lifting Gas Bumi (rbsmph) |
1.005 |
953-1.017 |
Sumber: Kem-PPKF 2026
Asumsi Postur Fiskal
Uraian |
Asumsi (%) |
PDB 2024 |
PDB 2025** |
Pendapatan Negara |
11,71-12,31 |
2.592,47 - 2.685,46 |
2.772,09 - 2.861,5 |
- Penerimaan Perpajakan |
10,08 - 10,54 |
2.231,6 - 2.333,4 |
2.343,1 - 2.450,1 |
- PNBP |
1,63 - 1,76 |
360,8 - 389,6 |
378,9 - 409,1 |
Belanja Negara |
14,19 - 14,83 |
3.141,5 - 3.283,2 |
3.298,59 - 3.447,36 |
- Belanja Pemerintah |
11,41 - 11,94 |
2.526,05 - 2.643,3 |
2.652,35 - 2.775,56 |
- TKDD |
2,78 - 2,89 |
615,46 - 639,8 |
646,2 - 671,8 |
Defisit |
2,48 - 2,53 |
549,0 - 560,11 |
576,49 - 588,12 |
Sumber: Kem-PPKF, dalam triliun, diolah, PDB 2024 = Rp22.139 triliun, PDB 2025 asumsi 5%: Rp23.245,9 triliun