Bisnis.com, JAKARTA — Bank sentral Korea Selatan mengatakan akan fokus mengendalikan inflasi, tetapi belum berencana mengikuti langkan Federal Reserve untuk kenaikan suku bunga acuan 50 basis poin.
Dilansir Bloomberg pada Kamis (16/6/2022), sejumlah ekonom di Korea Selatan menekankan pentingnya untuk tetap fokus mengendalikan inflasi yang dapat mengancam prospek perekonomian nasional setelah kenaikan suku bunga Federal Reserve.
Hal itu menjadi poin dalam pertemuan Gubernur Bank of Korea Rhee Chang-yong, Menteri Keuangan Choo Kyung-ho dan sejumlah pejabat senior ekonomi negara itu pada Kamis, hanya beberapa jam setelah pengumuman The Fed.
Akan tetapi, BOK tidak memutuskan untuk melakukan pertemuan darurat dan mengatakan masih terlalu dini untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada bulan depan.
Pertemuan darurat pada Kamis menunjukkan urgensi yang dirasakan Presiden Yoon Suk Yeol setelah menjabat bulan lalu.
Kenaikan harga energi dan komoditas telah mengikis garis bawah eksportir Korea Selatan yang berfungsi sebagai mesin perekonomian negara itu.
Baca Juga
Sementara itu, negara itu terus membukukan defisit perdagangan bulanan untuk sebagian besar periode pada tahun ini.
Lonjakan harga telah membebani rumah tangga sehingga mendorong pemerintah untuk memangkas pajak bahan bakar dan menangguhkan tarif untuk impor makanan.
BOK mencatat harga konsumen Korea Selatan naik 4,5 persen tahun ini, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 3,1 persen.
Perekonomian diprediksi akan tumbuh 2,7 persen, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 3 persen.
Rhee mengatakan pekan lalu bahwa langkah BOK mungkin tidak lagi sebagai tindakan pencegahan mengingat laju inflasi dan kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral lainnya.
Sebelumnya, bank sentral telah menaikkan suku bunga acuan lima kali sejak musim panas lalu.