Bisnis.com, JAKARTA - Federal Reserve akhirnya mengerek suku bunganya sebesar 75 basis poin (BPS), tertinggi sejak 1994. Kenaikan lebih lanjut akan dilakukan pada Juli.
Dilansir Bloomberg pada Kamis (16/6/2022), Gubernur The Fed Jerome Powell membuat langkah tegas untuk mengendalikan inflasi dengan dengan menaikkan kisaran target suku bunga acuan menjadi 1,5 - 1,75 persen.
Adapun untuk kenaikan berikutnya diperkirakan akan mencapai 75 BPS atau 50 BPS pada pertemuan berikutnya.
Pejabat The Fed memperkirakan suku bunga akan naik lebih jauh tahun ini, menjadi 3,4 persen pada Desember dan 3,8 persen pada akhir 2023.
Angka itu jauh lebih besar dibandingkan pada proyeksi dibuat pada Maret lalu sebesar 1,9 persen dan 2,8 persen.
"Yang jelas, kenaikan 75 basis poin hari ini adalah [kenaikan] besar yang tidak biasa dan saya kira langkah sebesar ini akan menjadi hal yang biasa," kata Powell dalam konferensi pers di Washington.
Baca Juga
Kenaikan suku bunga The Fed telah mengangkat pasar saham, menghentikan penurunan lima hari yang telah memangkas valuasi S&P 500 sebesar 10 persen, sementara imbal hasil surat utang AS turun dan dolar terdorong lebih rendah.
Sementara itu, ekonom Barclays Plc mengatakan The Fed hanya akan mengerek suku bungan sebesar 50 BPS pada Juli.
"Konferensi pers Powell tampil jauh lebih tidak hawkish daripada pesan awal. Sikap hawkish fleksibel tampil sebagai kombinasi yang ramah risiko di pasar aset," ujar Krishna Guha dan Peter Williams, analis Evercore ISI dalam sebuah catatan untuk klien.
Namun, kenaikan pada Rabu lebih hawkish daripada sinyal kenaikan sebesar 50 basis poin yang sebelumnya ditunjukkan oleh Powell.
Ekonom Bloomberg Economics Anna Wong, Yelena Shulyatyeva, Andrew Husby dan Eliza Winger mengatakan perubahan yang paling menonjol dalam pernyataan kebijakan tersebut adalah hilangnya frasa komite mengharapkan inflasi kembali ke target 2 persen.
"Itu menunjukkan FOMC melihat tekanan harga bertahan, dan semakin khawatir tentang potensi kenaikan inflasi," ujar ekonom tersebut.