Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Neraca Dagang Mei 2022 Turun Tajam, di Bawah Perkiraan Ekonom Bank Mandiri

Neraca dagang Indonesia pada Mei 2022 mengalami surplus sebesar US$2,90 miliar, jauh dibawah proyeksi Bank Mandiri pada angka US$5,01 miliar.
Proyeksi surplus ekonom Mandiri meleset karena salah satunya perkiraan mereka ekspor batu bara menggunakan harga Newcastle sebesar US$390,41 per ton, meningkat sebesar 27,28 persen (month-to-month/mom) pada Mei 2022. /Antara Foto-Nova Wahyudi
Proyeksi surplus ekonom Mandiri meleset karena salah satunya perkiraan mereka ekspor batu bara menggunakan harga Newcastle sebesar US$390,41 per ton, meningkat sebesar 27,28 persen (month-to-month/mom) pada Mei 2022. /Antara Foto-Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan pada Mei 2022 mengalami surplus sebesar US$2,90 miliar, turun tajam dari bulan sebelumnya yang mencapai US$7,56 miliar.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyampaikan angka realisasi tersebut di bawah perkiraan mereka. Sebelumnya, Faisal memprediksi neraca dagang pada Mei 2022 mengalami surplus sebesar US$5,01 miliar.

"Angka realisasi tersebut di bawah perkiraan kami surplus US$5,01 miliar dan perkiraan konsensus pasar surplus US$3,46 miliar," kata Faisal dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/6/2022).

Demikian halnya dengan pertumbuhan ekspor Indonesia yang pada Mei 2022 melemah menjadi 27 persen (year-on-year/yoy) dibandingkan 47,76 persen pada April 2022.

Angka tersebut dibawah perkiraan Bank Mandiri sebesar 46,35 persen yoy dan perkiraan konsensus pasar sebesar 36,64 persen yoy.  

Faisal mengatakan, perbedaan antara perkiraan mereka dengan angka realisasi cukup besar.

Salah satunya karena perkiraan mereka untuk ekspor batu bara menggunakan harga Newcastle sebesar US$390,41 per ton, meningkat sebesar 27,28 persen (month-to-month/mom) di Mei 2022, dibandingkan dengan Harga acuan nasional untuk batu bara atau Harga Batubara Acuan (HB) sebesar US$275,64 per to, yang turun -4,42 persen mom.

Meski demikian, Bank Mandiri masih memperkirakan surplus neraca dagang menyusut lantaran impor akan mengikuti ekspor, seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi domestik.

Adapun faktor yang membatasi surplus tersebut adalah lonjakan harga minyak karena Indonesia merupakan net importir minyak, dan meningkatnya risiko stagflasi atau resesi-inflasi di beberapa ekonomi utama dunia yang dapat melemahkan permintaan ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper