Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) menuturkan penjualan daging impor di tengah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang mewabah di Indonesia masih berjalan normal. Saat ini daging impor yang dipasok dalam negeri rata-rata sekitar 1.250 ton per bulan.
Sekretaris Jenderal Suhandi mengatakan, pihaknya mengimpor daging dari negara-negara yang bebas PMK seperti Australia, Amerika Serikat dan New Zealand.
“Keadaan impor daging normal saja. Kebetulan impornya dari Australia, New Zealand dan Amerika Serikat. Cuma memang menjelang lebaran banyak permintaan sampai 10.000-15.000 habis dalam sebulan. Sekarang ya turun, itu normal-normal saja,” ujarnya, Selasa (7/6/2022).
Menurut Suhandi, saat ini pun harga daging sapi impor di pasaran untuk kualitas biasa masih normal yakni Rp115.000/kilogram (kg). Dia mengaku tidak menaikkan harga meski harga dari negara impor cenderung naik.
“Pertama konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging sapi atau kerbau tidak terlalu tinggi. Sebab, karakter masyarakat Indonesia akan memilih protein lain yang lebih murah. Makanya kita usahakan tidak dulu menaikkan,” tuturnya.
Catatan Apspidi konsumsi daging masyarakat Indonesia mencapai 3 kg/ka pita, sedangkan pemerintah menyebut 2,2 kg per kapita atau di bawah rata-rata dunia sebesar 6,4 kg per kapita.
Baca Juga
“Daging di Indonesia bukan satu-satunya pilihan untuk pemenuhan protein. Kalau mahal daging yak e ayam, kalau ayam mahal ke ikan. Jadi gak terlalu tinggi kecuali pas mau Lebaran saja,” ungkap Suhandi.
Sementara itu, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) pun mengatakan penjualan daging kerbau impor dari India masih normal. Harganya pun tidak mengalami kenaikan sejak sebelum Lebaran yaitu Rp80.000-an per kg.
Direktur Supply Chain Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto mengatakan realisasi impor saat ini sudah 46.000 ton dari target 100.000 ton sesuai penugasan pemerintah hingga akhir tahun.
“Permintaan normal, memang turun apabila dibandingkan puasa dan Idul Fitri kemarin,” ucapnya kepada Bisnis, Selasa (7/6/2022).
Adapun terkait dugaan daging impor dari India yang jadi sumber virus PMK, Suyamto memastikan pihaknya sudah mendapatkan hasil PCR negatif dari Pusat Veteriner Farma - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan terhadap sampel daging kerbau beku milik Bulog.
“Bulog secara rutin melakukan uji laboratorium, termasuk uji PMK untuk meyakinkan bahwa daging beku dari India memenuhi persyaratan kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,” kata dia.
Suyamto menambahkan bahwa sebelum ada wabah PMK pun mekanisme importasi daging kerbau yang dikelola Bulo telah lolos verifikasi dari Kementerian Pertanian RI, karena saat tiba di Indonesia daging kerbau langsung diperiksa tiap kontainer oleh Balai Karantina Tanjung Priok Kementerian Pertanian dan diberi sertifikat oleh Balai tersebut.
“Sebelum dilakukan pengiriman ke Indonesia, daging kerbau yang diimpor Bulog ini dipastikan hanya dilakukan oleh suplier yang telah mendapat sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia. Selain itu juga telah memenuhi kriteria kesehatan hewan dan dinyatakan layak di konsumsi manusia (fit for human consumption) sebagaimana dinyatakan dalam sertifikat kesehatan (Health Certificate) dari Lembaga Veteriner di India", kata Suyamto.
Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPR Sudin menduga asal muasal PMK berasal dari India. Sebab, negara Bollywood itu hingga saat ini belum bebas PMK. Hal itu dia sampaikan saat mencecar jajaran Kementan soal awal mula masuknya PMK ke Indonesia. ’’Asal muasalnya dari India kan?’’ kata Sudin dalam rapat antara Komisi IV DPR dengan Kementerian Pertanian (Kementan) di Jakarta (23/5/2022)
’’Iya pak,’’ jawab Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan Nasrullah. Mendengar jawaban tersebut, Sudin mengatakan semua pihak, termasuk Kementan harus jujur. ’’Jangan lari ke sana ke mari,’’ kata dia. Sudin mengatakan selama seminggu terakhir dia tidak bisa tidur memikirkan kasus PMK yang kembali mewabah di Indonesia. ’’Saya ingin tahu asalnya dari mana. Jujur saja dari India,’’ tandasnya.
Nasrullah menuturkan memang benar bahwa pada 2021 ditemukan kasus PMK di India. Tetapi sampai saat ini investasi dari Kementan masih terus berjalan.