Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mau Ekonomi Tumbuh, Tapi Pemerintah Malah Mengerem Belanja. Ini Buktinya

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2022 mencapai 5,01 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Kendati demikian, komponen konsumsi pemerintah kurang berperan dalam pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2022.
Pertumbuhan/Ilustrasi
Pertumbuhan/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2022 mencapai 5,01 persen secara tahunan (year on year/yoy). Kendati demikian, komponen konsumsi pemerintah kurang berperan dalam pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2022.

Sebagaimana diketahui, pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2022 lebih dikontribusikan oleh laju pertumbuhan komponen ekspor  sebesar 16,22 persen, konsumsi rumah tangga 4,34 persen dan investasi sebesar 4,09 persen. Sedangkan, komponen konsumsi pemerintah mengalami perlambatan, yakni -7,74 persen yoy.

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengatakan, kontribusi pemerintah yang tidak banyak tersebut lantaran realisasi belanja lebih lambat dari tahun lalu.

"Dari 15 kementerian yang alokasi dananya terbesar, sebagian belanjanya ngerem, tidak sebesar 2021. Ini mungkin ditanyakan ke menterinya kenapa penyerapan mereka menjadi lebih rendah dari tahun lalu terhadap pertumbuhan ekonomi," kata Eko dalam konferensi pers, Rabu (11/5/2022).

Rendahnya kontribusi pemerintah, dinilai tidak begitu mendukung terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Eko, seolah-olah rasa pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2022 lebih karena ekspor dan konsumsi masyarakat, bukan karena dampak dari kebijakan APBN maupun fiskal pemerintah.

Di lain sisi, realisasi penerimaan pajak di kuartal I/2022 mencapai Rp322,46 triliun, tumbuh 41,36 persen yoy atau sebesar 25,49 persen dari target APBN 2022.

‘Tradisi’ pola belanja pemerintah yang menumpuk di akhir tahun membuat daya ungkit konsumsi pemerintah tidak optimal mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurut Eko, apabila pola tersebut digeser lebih cepat pada kuartal II atau III/2022, dampaknya terhadap ekonomi akan lebih tinggi.

"Kami ingin menagih kontribusi pemerintah. Harusnya di tengah pemulihan ekonomi, ini harus signifikan. Oke memang tidak akan mengalahkan ekspor ataupun kontribusi dari PMTB ataupun konsumsi, tetapi lajunya jangan hanya  sekitar 5,5 persen seperti di kuartal I/2022," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper