Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi kuartal I/2022 mencapai 5,01 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) berkat kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi.
Adapun, angka tersebut sesuai dengan proyeksi Kementerian Keuangan di kuartal I/2022, yakni pada kisaran 4,5 hingga 5,2 persen yoy.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, jika melihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) lapangan usaha, konsumsi rumah tangga dapat tumbuh positif, lebih baik jika dibandingkan posisi yang sama tahun lalu.
"Tren pemulihan konsumsi rumah tangga inilah yang perlu dijaga di dua bulan sisa kuartal II/2022, yaitu dengan menjaga inflasi agar tak meningkat sangat tinggi sehingga berdampak pada daya beli masyarakat," kata Yusuf kepada Bisnis, Selasa (10/5/2022).
Menurut Yusuf, yang bisa dilakukan adalah menjaga pasokan komoditas pangan strategis, lantaran bahan pangan merupakan salah satu basket penyumbang terbesar dalam perhitungan inflasi.
Selain itu, kebijakan pemerintah yang berpeluang mendorong inflasi meroket, tidak direalisasikan untuk saat ini. Adapun kebijakan yang dimaksud adalah wacana menaikkan harga listrik, LPG 3 kilogram ataupun Pertalite.
Baca Juga
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menambahkan, pemerintah perlu mempertahankan harga energi yang diatur pemerintah, khususnya Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar dan Pertalite, tarif dasar listrik dan LPG 3 kilogram. Selain itu, perlu penambahan alokasi belanja subsidi energi.
Kemudian, menurut dia, harga pupuk juga perlu menjadi perhatian pemerintah.
"Untuk komoditas pangan, ancaman yang didepan mata adalah naiknya harga pupuk di level petani. Bantuan subsidi pupuk perlu diperbesar dan memastikan ketersediaan mencukupi khususnya pada saat masa tanam," jelasnya.
Di sisi lain, pengusaha juga mulai mengkhawatirkan laju inflasi di dalam negeri. Kadin mengkhawatirkan risiko inflasi dan dampaknya terhadap daya beli pasca kuartal II/2022.
"Kami agak mengkhawatirkan risiko inflasinya dan dampaknya terhadap daya beli ke depan [pasca kuartal II], kalau terlalu tinggi bisa berdampak memperlambat pertumbuhan dan kinerja di kuartal berikutnya,” ujar Shinta kepada Bisnis, Senin (9/5/2022).
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah mewaspadai inflasi impor dampak dari perkembangan situasi internasional terhadap Indonesia.
Hal tersebut merespon pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,01 persen pada kuartal I/2022.
Ketua Apindo Bidang Kebijakan Publik Sutrisno Iwantono menuturkan, jika inflasi terkendali otomatis daya konsumsi masyarakat bisa terjaga. Pengendalian inflasi di dalam negeri diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2022 mendatang.