Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah mewaspadai inflasi impor dampak dari perkembangan situasi internasional terhadap Indonesia. Hal tersebut merespon pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,01 persen pada kuartal I/2022.
Ketua Apindo Bidang Kebijakan Publik, Sutrisno Iwantono menuturkan, jika inflasi terkendali otomatis daya konsumsi masyarakat bisa terjaga. Pengendalian inflasi di dalam negeri diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2022 mendatang.
“Jika inflasi imported, maka harus mengendalikan [barang] impor. Kedua, di bidang moneter antara uang beredar dan produksi harus seimbang. Jika tidak akan menyulitkan,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (9/5/2022).
Sutrisno menilai, meski pemerintah melarang ekspor CPO, hal itu tidak akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal II/2022 nanti. Sebab, saat harga minyak goreng terjangaku maka akan berdampak positif terhadap daya beli masyarakat.
“Jika tidak ada minyak sawit sulit juga kan menaikkan konsumsi masyarakat,” imbuh dia.
Selain itu, dia pun meminta agar pemerintah mengerem jenis pajak produk-produk manufaktur yang berorientasi ekspor. Saat ini, kata dia, kontribusi manufaktur terhadap PDB hanya 17 persen. Nilai itu turun dari waktu ke waktu. Untuk itu pemerintah seharusnya mendukung pengusaha baik dari sektor fiskal maupun moneter agar manufaktur kembali bergeliar.
“Kebijakan industrialisasi harus didukung moneter fiskal, misalnya Kemenkuu mendukung itu. Di bidang fiskal jangan terlalu gencar memajaki terhadap industri yang berorientasi ekspor itu. Jangan terlalu dikejar-kejar (pajaknya),” ujarnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Indonesia melonjak signifikan sebesar 16,22 persen menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,01 persen. Pendukung pertumbuhannya disumbang 2,72 persen dari ekspor komoditi Indonesia yang mengalami lonjakan harga di pasar global seperti minyak sawit, batu bara, nikel, timah dan tembaga.
Sedangkan sisanya disumbang oleh konsumsi masyarakat sebesar 2,35 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.