Bisnis.com, JAKARTA - Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan tingkat inflasi domestik pada tahun ini akan mencapai level 4,0 persen.
Namun, kenaikan tersebut belum memperhitungkan kenaikan harga BBM. “Sebagai baseline tanpa adanya kenaikan harga Pertalite, kondisi sekarang kami melihat inflasi indonesia bisa ke 4,0 persen pada akhir tahun,” katanya kepada Bisnis, Selasa (26/4/2022).
Kenaikan inflasi domestik yang tinggi tersebut kata Faiz didorong perbaikan permintaan domestik seiring dengan mobilitas dan aktivitas ekonomi yang meningkat.
Selain itu, faktor pendorong kenaikan inflasi lainnya adalah transmisi dari harga produsen, tekanan dari biaya produksi yang sudah meningkat sejak akhir tahun lalu.
Namun demikian, Fais mengatakan, kenaikan inflasi berpotensi lebih tinggi dari target sasaran Bank Indonesia (BI) 2 hingga 4 persen, jika harga Pertalite dinaikkan.
“Kenaikan pertalite atau RON 90 sebesar 1000/liter akan meningkatkan inflasi 1,44 persen poin dari baseline sehingga menjadi 5,44 persen. Jika naik hingga 2000/liter, bisa lebih tinggi 2,62 persen poin ke 6,62 persen di akhir tahun,” jelasnya.
Dia mengatakan, perkiraan inflasi tersebut memperhitungkan dampak pertama dan dampak rambatan (first and second round impact) dari kenaikan harga RON 90.
Namun, imbuhnya, lonjakan inflasi saat ini telah menjadi ancaman global, sehingga tidak terelakkan.
Menurutnya, pemerintah perlu merespons dari sis fiskal, terutama untuk menjaga daya beli khususnya kelas menengah ke bawah yang rentan terhadap kenaikan harga barang.
“Bansos atau transfer langsung harus tepat sasaran sehingga tingkat kemiskinan tidak meningkat,” kata Faiz.