Bisnis.com, JAKARTA - Tekanan inflasi diperkirakan meningkat tinggi sejalan dengan lonjakan harga komoditas global akibat perang Rusia dan Ukraina.
International Monetary Fund (IMF) bahkan memperkirakan inflasi negara berkembang akan mencapai level 8,7 persen pada tahun ini.
Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan tingkat inflasi pada tahun ini akan mencapai 4,0 persen.
Namun, jika memperhitungkan kenaikan harga BBM, tingkat inflasi hingga akhir tahun berpotensi mencapai 6,62 persen, jauh di atas sasaran BI 2 hingga 4 persen.
Faiz mengatakan, Bank Indonesia perlu merespons lebih cepat untuk menjaga ekspektasi inflasi dengan menaikkan suku bunga acuan.
“Dari sisi moneter BI perlu ahead of the curve melakukan penyesuaian suku bunga, paling tidak di kuartal III/2022,” katanya kepada Bisnis, Selasa (26/4/2022).
Baca Juga
Dia berpendapat, BI saat ini masih sangat berhati-hati menaikkan suku bunga acuan, sehingga paling cepat dilakukan kemungkinan pada kuartal III/2022 sebesar 25 basis poin.
Kemudian, BI diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada kuartal IV/2022, sehingga total kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin ke level 4 persen.
“Saat ini BI bisa melakukan quantitative approach dengan operasi moneternya untuk menyerap likuiditas yang banjir di pasar,” kata dia.