Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa saat ini Indonesia terus berupaya untuk memulihkan perekonomian. Tidak hanya pulih, namun Indonesia juga ingin membangun pondasi ekonomi agar lebih kuat.
Dia mengatakan terdapat berbagai indikator awal yang menunjukkan pada kuartal I/2022, pemulihan ekonomi Indonesia akan terus berlanjut, terutama didukung baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran.
“Di sisi sektor keuangan, Indonesia juga menjadi salah satu dari sedikit negara yang stabilitas sektor keuangannya juga tetap terjaga. Bahkan, kinerja seperti bursa saham mengalami penguatan sebesar 6,2 persen dibandingkan posisi awal tahun ini,” ujar Sri Mulyani dalam acara LPPI Virtual Seminar #74 bertajuk Peran Perempuan Indonesia di Sektor Perbankan dan Jasa Keuangan, Kamis (21/4/2022).
Dia melanjutkan, hal yang sama juga terjadi pada nilai tukar rupiah yang relatif stabil dan inflasi yang masih bisa terjaga.
Menurut Sri, ini berbeda sekali dengan berbagai negara yang sekarang ini sedang menghadapi inflasi tinggi. Begitu pula dengan gejolak, baik di pasar saham maupun nilai tukar.
Selain itu, Indonesia juga mengalami perkuatan di neraca pembayaran, dengan meningkatnya ekspor secara sangat signifikan.
Bendahara negara itu menjelaskan bahwa neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus hingga lebih dari 20 bulan. Sementara itu, pemulihan ekonomi Indonesia jugaberjalan secara konsisten, namun tidak berarti tidak ada risiko.
“Pertumbuhan ekonomi domestik kita pada 2021 adalah sebesar 3,7 persen. Ini tentu masih perlu untuk kita dorong agar lebih tinggi lagi, sehingga kesempatan kerja terjadi dan upaya kita untuk menurunkan kemiskinan terus bisa ditingkatkan,” tuturnya.
Oleh karena itu, kata Sri, APBN sebagai salah satu instrumen kebijakan yang sangat penting memiliki peranan yang luar biasa, di mana APBN telah bekerja luar biasa keras pada saat Indonesia dipukul oleh pandemi pada awal tahun 2020 hingga saat ini.
“Kita berharap dengan langkah-langkah di bidang fiskal yang suportif terhadap pemulihan, bisa dan akan terus didukung oleh sektor keuangan, terutama lembaga perbankan. Dengan demikian, pada tahun 2022 kita dapat mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen,” harapnya.2