Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Alas Kaki Sempat Turun, Kembali Tancap Gas Jelang Lebaran

Pada akhir Januari hingga awal Februari 2022, terjadi penurunan utilitas kapasitas produksi cukup dalam sekitar 40 persen karena permintaan yang sepi.
Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu. /Ilustrasi-Bisnis.com-WD
Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu. /Ilustrasi-Bisnis.com-WD

Bisnis.com, JAKARTA - Industri alas kaki sempat mengalami penurunan permintaan dalam negeri akibat meningkatnya kasus Covid-19 varian Omicron.

Firman Bakrie, Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mengatakan pada akhir Januari hingga awal Februari 2022, terjadi penurunan utilitas kapasitas produksi cukup dalam sekitar 40 persen karena permintaan yang sepi.

"Omicron cukup berdampak ke kinerja industri kami. Malmal sepi, kemduian omsetnya menurun, kemarin sempat terjadi order yang di-hold dulu," kata Firman kepada Bisnis, Selasa (1/3/2022).

Namun demikian, produksi kembali digenjot mengantisipasi naiknya permintaan jelang Lebaran. Pada bulan ini, paling tidak pelaku industri alas kaki sudah mulai mendistribusikan barang ke pasar untuk persiapan Ramadan dan Lebaran.

"Kami sudah mulai optimistis aktivitas masyarakat hampir normal," lanjutnya.

Firman juga menggarisbawahi bahwa penurunan utilitas dan permintaan hanya terjadi untuk pasar domestik. Sebaliknya, industri berorientasi ekspor tidak terdampak peningkatan kasus varian Omicron.

Dia mengatakan produksi orientasi ekspor masih dalam posisi ekspansi, investasi baru tetap mengalir dengan rencana peningkatan kapasitas produksi sejumlah pabrikan.

Adapun, menurut catatan Kementerian Perindustrian, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki mengalami pertumbuhan volume produksi sebesar 33,42 persen dari 793,8 juta pasang pada 2020 menjadi 1,05 miliar pasang pada 2021.

Tahun ini, Firman memproyeksikan volume produksi akan kembali ke posisi sebelum pandemi pada angka 1,2 miliar pasang.

Sementara itu, penurunan permintaan alas kaki di dalam negeri sejalan dengan purchasing managers' index (PMI) manufaktur pada Februari yang terkoreksi menjadi 51,2 dari bulan sebelumnya 53,7.

IHS Markit mencatat peningkatan kasus Omicron di dalam negeri menjadi penyebab utama perlambatan ekspansi manufaktur.

Namun demikian, sebagian besar perusahaan terus berharap bahwa situasi Covid-19 akan dapat dikendalikan, memungkinkan perekonomian membaik.

"Kebangkitan kembali infeksi Covid-19 membebani kinerja sektor manufaktur Indonesia pada Februari. Permintaan klien dan
jadwal produksi keduanya terhambat oleh perkembangan kondisi terkini, termasuk pembatasan tambahan untuk menanggulangi virus," kata Jingyi Pan, Direktur Asosiasi Ekonom IHS Markit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper