Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Siap Caplok Pasar China dan Vietnam, Ekspor Alas Kaki Rp87,4 Triliun!

Aprisindo menilai Indonesia siap caplok pasar China dan Vietnam usai berhasil ekspor alas kaki Rp87,4 triliun sepanjang 2021.
Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu. /Ilustrasi-Bisnis.com-WD
Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu. /Ilustrasi-Bisnis.com-WD

Bisnis.com, JAKARTA — Industri alas kaki mencatatkan nilai ekspor sebesar US$6,1 miliar atau setara dengan Rp87,4 triliun sepanjang 2021. Torehan ekspor itu menjadi catatan tertinggi sepanjang sejarah perdagangan internasional industri alas kaki dalam negeri tersebut.

Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie mengatakan nilai ekspor sepanjang 2021 itu mengalami kenaikan mencapai 28 persen jika dibandingkan dengan torehan 2020 di posisi US$4,8 miliar atau setara dengan Rp68,77 triliun.

Firman menambahkan asosiasinya optimis torehan ekspor pada tahun ini bakal kembali tumbuh secara tahunan atau year-on-year (yoy). Target itu relatif tinggi di tengah penyesuaian ongkos produksi industri manufaktur yang diproyeksikan terkerek naik akibat rencana kenaikan sejumlah komponen produksi seperti beban pajak hingga tarif listrik.

“Kita optimis pada tahun ini masih tumbuh, kita optimis tumbuh di atas torehan ekspor 2021 sebesar US$6,1 miliar,” kata Firman melalui sambungan telepon, Kamis (10/2/2022).

Alasannya, dia mengatakan, eksportir dalam negeri tengah mengincar sejumlah pasar ekspor yang berpotensi ditinggalkan oleh China dan Vietnam pada tahun ini. Selain itu, produk alas kaki asal Indonesia dinilai masih kompetitif di kawasan Asia kendati adanya peluang kenaikan ongkos produksi belakangan ini.

“Secara global pasti ada penurunan permintaan tapi kita berharap keunggulan kita bisa mendorong relokasi permintaan baik dari Vietnam, China dan negara-negara Asia lainnya,” kata dia.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memproyeksikan surplus neraca niaga pada tahun ini berada di posisi US$31,4 miliar hingga US$31,7 miliar. Proyeksi itu mengalami penurunan sebesar 11,39 persen jika dibandingkan dengan torehan surplus 2021 di posisi US$35,44 miliar.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri mengatakan penyesuaian proyeksi neraca niaga itu berdasar pada outlook harga komoditas global yang cenderung mengalami penurunan pada awal tahun ini.

“Kenaikan harga komoditas supercycle masih menjadi pendorong kenaikan nilai ekspor Indonesia. Namun berkaca pada pengalaman sebelumnya, kondisi ini tidak akan bertahan lama,” kata Kasan melalui pesan WhatsApp, Rabu (9/2/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper