Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KCIC Beberkan 3 Kendala Utama Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menyampaikan tiga kendala utama yang dihadapi perusahaan dalam pembangunan Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB).
Foto udara proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di salah satu tunnel atau terowongan di kawasan Tol Purbaleunyi KM 125, Cibeber, Cimahi Selatan, Jawa Barat, Kamis (2/4/2020). Bisnis/Rachman
Foto udara proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di salah satu tunnel atau terowongan di kawasan Tol Purbaleunyi KM 125, Cibeber, Cimahi Selatan, Jawa Barat, Kamis (2/4/2020). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menyampaikan tiga kendala utama yang dihadapi perusahaan dalam pembangunan Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB).

Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, ketiga kendala tersebut meliputi pendanaan, pandemi Covid-19, dan teknis konstruksi.

“Terkait pendanaan, dengan adanya Covid-19, empat BUMN sponsor Indonesia sampai dengan April 2021 belum bisa memberikan setoran modal secara penuh, sehingga akhirnya diputuskan oleh pemerintah ada PMN kepada KAI yang akan mengambil alih leading sponsor,” katanya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR, Senin (7/2/2022).

Selanjutnya, dia menyebut bahwa setoran modal dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI kepada KCIC lewat PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) telah dilakukan pada 31 Desember 2021.

Dia menuturkan, setoran modal tersebut akan digunakan untuk pembayaran sewa barang milik negara (BMN) Rumija Tol dan pengganti investasi PT PLN (Persero), karena harus merelokasi sejumlah tower saluran udara tegangan tinggi (SUTT). Begitu juga untuk investasi clearance peralatan Telkomsel terkait implementasi GSM-R, dan lainnya.

“Kendala terbesar kedua, yakni pandemi Coid-19. Total case pekerja kami sebanyak 491 orang. Setiap pekerja yang terkonfirmasi positif berdampak terhadap tiga sampai lima pekerja yang perlu melakukan isolasi karantina mandiri,” ucap Dwiyana.

Selanjutnya, terkait dengan kendala teknis konstruksi. Dia mengaku, KCIC harus menghadapi kondisi geologi di tunnel dua, empat, dan enam. Selain itu, pihaknya juga harus melakukan relokasi 126 tower SUTT.

Dalam relokasi tersebut, KCIC juga menghadapi permasalahan penolakan dari warga. Mereka minta ada kompensasi dibebaskan, sedangkan pengaturan dari Kementerian ESDM hanya konsinyasi. Pada akhirnya, warga setuju kompensasi sesuai aturan Kementerian ESDM.

Sebagai informasi, saat ini, pembangunan proyek KCJB sudah mencapai 79,9 persen. Dari total tersebut, pembangunan bridge mencapai 89,30 persen, upgrade 78 persen, dan tunnel 98 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmi Yati
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper