Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apindo Optimis Serapan Tenaga Kerja Naik 11,8 Persen Tahun Ini

Realisasi penanaman modal dari dalam dan luar negeri sudah beralih pada investasi padat karya
Buruh pabrik garmen berjalan keluar pabrik di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (20/2/2017). /Antara-Yulius Satria Wijaya
Buruh pabrik garmen berjalan keluar pabrik di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (20/2/2017). /Antara-Yulius Satria Wijaya

Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B.Sukamdani optimistis serapan tenaga kerja pada sektor pengolahan nonmigas pada tahun ini bakal lebih tinggi dari torehan 2021. 

Adapun, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan serapan tenaga kerja pada sektor  itu mencapai 20,84 juta orang pada 2022. Target itu naik 11,80 persen dari torehan 2021 di posisi 18,64 juta orang. 

Hariyadi beralasan realisasi penanaman modal dari dalam dan luar negeri sudah beralih pada investasi padat karya. Artinya, investasi yang tertanam di dalam negeri bakal menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja di sektor pengolahan tersebut. 

“Serapan tenaga kerja akan mengikuti realisasi investasi yang baru, yang menggembirakan padat karyanya itu juga sudah mulai banyak yang masuk, kalau kita lihat di Pantura itu pabrik sepatu sudah banyak itu sinyal yang bagus,” kata Hariyadi melalui sambungan telepon, Minggu (30/1/2022). 

Menurut Hariyadi, beralihnya sifat investasi pada model padat karya itu tidak lepas dari implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan yang menjadi turunan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

Kendati sebagian kecil provinsi tidak mengikuti amanat UU Cipta Kerja, dia mengatakan, pengusaha menilai positif penetapan upah minimum pada akhir tahun lalu yang belakangan memacu investasi padat karya tersebut. 

Selain itu, dia mengatakan, potensi tingginya serapan tenaga kerja juga didorong oleh keberhasilan pemerintah untuk mendorong program hilirisasi dan substitusi impor sejumlah komoditas strategis dalam negeri. Kedua program itu turut mendatangkan investasi dan serapan tenaga kerja yang relatif besar sepanjang 2021. 

“Pemerintah bagus, benar-benar serius untuk program hilirisasi ini untuk menambah nilai-nilai komoditas di pertambangan dan perkebunan. Pengusaha tentu mendukung upaya ini,” kata dia. 

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri mengatakan sektor manufaktur nonmigas terus ekspansif setelah lonjakan pandemi pada pertengahan 2021 lalu. Menurut Febri, investasi pada sektor itu mulai tumbuh signifikan pada kuartal keempat 20221. 

Sepanjang Januari-September 2021, realisasi investasi di sektor manufaktur tercatat sebesar Rp236,79 triliun. Angka ini naik 17,3 persen jika dibandingkan dengan realisasi investasi pada periode yang sama di 2020 sebesar Rp201,87 triliun.

Dari sisi capaian nilai ekspor, kontribusi sektor industri manufaktur terus meningkat meski di tengah himpitan pandemi. Nilai ekspor industri manufaktur pada Januari-November 2021 mencapai US$160 miliar atau berkontribusi sebesar 76,51 persen dari total ekspor nasional. Angka ini telah melampaui capaian ekspor manufaktur sepanjang  2020 sebesar Rp131 miliar dan lebih tinggi dari capaian ekspor 2019. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper