Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara masih memanas di level US$226,25 per metrik ton seiring dengan masih berlakunya larangan ekspor dari Indonesia.
Indonesia merupakan negara pengekspor batu bara termal terbesar di dunia. Umumnya jenis ini digunakan sebagai bahan bakar bagi pembangkit. Larangan ekspor komoditas tersebut akhirnya berdampak pada harga bara.
Bursa ICE Newcastle mencatat harga batu bara kontrak Februari masih dihargai pada level US226,25 per metrik ton pada penutupan perdagangan Jumat (28/1/2022). Angka ini turun 1,50 poin dari perdagangan hari sebelumnya.
Sementara untuk kontrak Maret, bursa memperdagangkan batu bara pada level US$203,50 per metrik ton, turun 1,25 basis poin dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Selain itu, batu bara untuk kontrak April masih cukup panas yakni US$185,55 per metrik ton, turun 2,70 poin dibandingkan perdagangan pada Kamis (27/1/2022).
Trading Economics menyebutkan bahwa kenaikan mendekati US$230 per metrik ton ini merupakan yang tertinggi sejak akhir Oktober 2021. Kenaikan ini masih disebabkan larangan ekspor dari Indonesia.
Penangguhan izin ekspor ini dilakukan setelah stok batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan Independent Power Producer menipis pada Desember 2021. Meski demikian, pelonggaran ekspor yang diberikan pemerintah kepada 171 perusahaan sejak 20 Januari juga tidak membantu meringankan permintaan pasar.
Di sisi lain, permintaan batu bara di Eropa membesar akibat melonjaknya harga gas alam di kawasan itu. Kondisi tersebut mendorong pembangkit listrik untuk menggunakan lebih banyak batu bara untuk menghasilkan energi.
Dalam situasi ini, ketegangan antara Rusia dan NATO atas Ukraina juga meningkatkan kekhawatiran akan penurunan lebih lanjut dalam pasokan gas.