Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memproyeksikan nilai belanja iklan atau advertising expenditure (Adex) pada tahun ini dapat menembus Rp400 triliun hingga Rp416 triliun.
Proyeksi itu berdasar pada tren pemulihan ekonomi yang bergerak positif dan dibarengi oleh momentum pemilihan umum atau Pemilu 2024.
“Seiring dengan perbaikan ekonomi, lebih banyak lagi perusahaan yang menganggarkan belanja iklannya di 2022. Nilainya bisa tembus Rp400 triliun hingga Rp416 triliun,” kata Bhima melalui pesan suara, Rabu (19/1/2022).
Bhima mengatakan, masyarakat belakangan tidak hanya berbelanja di e-commerce, tetapi sudah kembali berbelanja di pasar konvensional. Kecenderungan itu turut memengaruhi tren belanja iklan pada sektor ritel yang tidak terhubung ekosistem e-commerce.
“Banyak ritel atau distributor barang menganggarkan biaya iklan untuk menarik masyarakat agar belanja secara offline. Produk-produk yang diminati mungkin tetap sama, seperti perawatan wajah, kosmetik, dan perawatan rambut,” kata dia.
Selain itu, dia mengatakan, belanja iklan di sektor pemerintahan juga diprediksi mengalami peningkatan yang signifikan sepanjang 2022. Perhelatan Pemilu 2024 juga disinyalir menjadi momentum yang turut mengerek naik belanja iklan partai politik dan partisan di tahun ini.
Baca Juga
Sebelumnya, perusahaan riset data dan analitik Nielsen melaporkan total belanja iklan pada tahun 2021 mencapai Rp259 triliun, atau naik 13 persen jika dibandingkan dengan 2020. Torehan belanja iklan itu dihitung berdasarkan angka gross rate card di sejumlah media, seperti TV, cetak, radio, dan digital.
Product Lead Ad Intel & Outdoor Nielsen Tri Susanti Simangunsong mengatakan, jasa daring seperti e-commerce, transportasi daring, pembayaran, hingga travel agent daring mencatatkan belanja iklan lebih dari Rp42 triliun, atau naik 60 persen dibandingkan dengan 2020.
“Melihat terakselerasinya media digital selama masa pandemi Covid-19, dan ada kemungkinan besar kebiasaan ini, menggunakan jaringan internet dalam banyak aspek kehidupan terus diadopsi oleh masyarakat, kategori online service ini akan tetap menjadi salah satu iklan terbesar,” kata Tri melalui surat elektronik (Surel), Rabu (19/1/2022).
Berdasarkan data yang diolah Nielsen hingga akhir 2021, belanja iklan pada sektor jasa daring mencapai Rp42,8 triliun, naik 67 persen dari 2020 di posisi Rp25,6 triliun. Pencatatan lain yang naik signifikan adalah produk kopi dan teh sebesar Rp9,4 triliun, tumbuh 15 persen dari 2020 yang sebesar Rp8,2 triliun.
Selain itu, Nielsen juga mencatat, produk perawatan rambut dan wajah mengalami kenaikan masing-masing sebesar 6 persen dan 5 persen pada 2021.
Nilai belanja iklan produk perawatan rambut mencapai Rp12 triliun pada 2021, naik tipis dari 2020 sebesar Rp11,3 triliun. Sementara itu, nilai belanja produk perawatan wajah sebesar Rp13,3 triliun, naik dari posisi Rp12,6 triliun di 2020.
Hanya saja, nilai belanja iklan untuk partai politik dan sektor pemerintah terkoreksi mencapai 4 persen pada 2021. Adapun, nilai belanja pada sektor itu tercatat sebesar Rp9,8 triliun, turun dari posisi Rp10,2 triliun di 2020.
Tri memproyeksikan belanja iklan pada 2022 bakal bergerak positif seiring dengan meningkatnya cakupan vaksinasi di tengah masyarakat. Dia berharap, torehan vaksinasi dapat meningkatkan kembali kepercayaan masyarakat dan pelaku usaha untuk belanja iklan pada tahun ini.
“Jika kondisi positif ini terus dapat berjalan, kemungkinan besar iklan media juga dapat menunjukkan tren positif di 2022,” kata dia.